SALATIGA, KOMPAS.com - Hujan tidak menghalangi ratusan warga Desa Jatirejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, untuk mengikuti pawai ta'aruf yang dikemas dalam karnaval budaya menyambut Tahun Baru Islam 1 Muharram 1438 Hijriah, Sabtu (1/10/2016).
Tua-muda, hingga anak-anak dari enam dusun di Desa Jatirejo terlibat dalam kegiatan tersebut. Kendati hujan, pawai ta'aruf tersebut berlangsung semarak dan penuh warna-warni kostum yang kontras dengan alam pedesaan yang hijau.
Mereka berjalan kaki menempuh rute sepanjang 1 kilometer, mulai dari Dusun Dukuh hingga Dusun Kauman. Iring-iringan karnaval diawali rombongan pembawa panji-panji bertuliskan ayat Al Quran yang mengenakan pakaian ala Wali Songo.
Di belakangnya, diikuti berbagai kesenian, berbagai replika Kabah, masjid dan replika Al Quran. Selain itu, juga ada gunungan yang berisi beraneka ragam hasil pertanian seperti sayur dan buah-buahan.
Salah satu kesenian yang paling mendapatkan perhatian adalah Tari Kuntulan. Sebab, kesenian ini terbilang langka dan hampir punah.
Para penarinya juga kebanyakan adalah para orang tua. Mereka memakai pakaian putih berumbai warna-warni, memakai peci dan kacamata hitam serta membawa kipas.
Ketua panitia pawai, Busyairi mengatakan, kegiatan ini selain bertujuan mempererat silaturahim antar-warga, juga bertujuan mengingatkan umat muslim agar memperbaharui lembaran hidup dengan tingkat keimanan dan ketakwaan yang lebih baik.
"Kami ingin tahun baru ini juga disambut dengan meriah dan penuh syiar, jangan hanya tahun baru nasional saja," ujar Busyairi.
"Semoga dengan peringatan 1 Muharram ini, kita bisa melihat kepada diri kita terutama mengingat kepada yang khalik, lebih rajin beribadah dan beramal sholeh," kata dia.
Tidak hanya syiar Islam, pawai ta'aruf ini juga mengusung pesan kepedulian terhadap lingkungan.
Salah satunya ditampilkan oleh berbagai grup drumblek, yakni aneka tetabuhan dari bahan-bahan bekas seperti tong bekas, kaleng hingga kentongan.
Dengan koreografi yang cantik, berbagai barang bekas tersebut ternyata bisa menghasilkan musik yang rampak dan dinamis.
Selain musik, pesan mencintai lingkungan juga ditampilkan oleh sejumlah peserta yang memakai kostum dari koran bekas.