Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kota Semarang Bakal Punya Museum Paus Biru Kelas Dunia

Kompas.com - 13/09/2016, 14:41 WIB
Kontributor Semarang, Nazar Nurdin

Penulis

SEMARANG, KOMPAS.com - Kota Semarang, Jawa Tengah, bakal memiliki satu museum kelas dunia yang berada di pusat kota. Museum akan diisi oleh koleksi benda-benda purbakala hingga kerangka tulang paus biru sepanjang 33 meter yang akan menjadi ikon utama.

"Kami akan bangun di samping hotel dan apartemen Tentrem. Tapi lahannya yang kita belum ada," kata Direktur Utama PT Sido Muncul, J Sofyan Hidayat, Selasa (13/9/2016).

Museum Paus diyakini akan menjadi daya tarik dan menjadi ikon Kota Semarang. Lokasi yang dipilih strategis karena berada di sekitar kawasan Simpang Lima.

Museum paus kelas dunia telah berdiri di New York, Amerika Serikat, dengan panjang kerangka 16 meter. Di Singapura juga berdiri museum serupa, namun hanya berupa replika tulang paus.

Sofyan mengatakan, museum paus biru akan menjadi daya tarik para pelancong internasional. Paus biru merupakan hewan langka yang hanya hidup di Kutub Utara dengan kedalaman 2.000 meter di bawah permukaan air.

"Kami yakin nanti Semarang jadi ramai pelancong internasional. Saat ini barangnya (paus) sudah ada di Semarang tapi masih belum dirangkai," tambah Sofyan.

Museum paus biru membutuhkan lahan sekitar 1.000 meter persegi. Hanya saja, untuk merealisasikan keinginan itu terkendala lahan di sekitar hotel Tentrem, di Jalan Gajahmada, Semarang.

Selain paus biru, sejumlah benda purbakala akan ditampilkan di dalam museum. Sofyan mempunyai koleksi keris dan benda purbakala berjumlah 2.000 buah dari Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Singosari.

Sejumlah benda purbakala lain juga ditampilkan seperti guci warisan Dinasti Ming dari Tiongkok.

"Semua akan dipamerkan. Kalau ditotal semua koleksi nilainya bisa Rp 50 triliun," imbuhnya.

Budayawan Arswendo Atmowiloto mengatakan, benda koleksi yang ditampilkan adalah milik pribadi pemilik usaha jamu tersebut. Benda-benda yang didapat adalah benda legal yang dikoleksi selama puluhan tahun.

"Benda-benda ini sudah lama koleksinya. Sudah hampir 30 tahun, kebanyakan dari penemuan penggalian," paparnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com