Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengungsi Syiah: Kami Belum Merdeka...

Kompas.com - 16/08/2016, 16:23 WIB
Achmad Faizal

Penulis

SIDOARJO, KOMPAS.com - Dua blok rumah susun di komplek Pasar Induk Agrobis di Desa Jemundo, Kecamatan Taman Sidoarjo, Selasa (16/8/2016) siang, terlihat lengang. Tidak ada penanda bendera atau umbul-umbul seperti ditemui di tempat lain setiap kali perayaan HUT Kemerdekaan RI.

Namun, pada Selasa malam, rencananya akan digelar tirakatan atau selamatan bersama di rumah susun yang dihuni pengungsi Syiah sejak empat tahun terakhir.

"Rencananya nanti malam ada tirakatan bersama seluruh warga rusun," kata penjaga pos keamanan yang menolak disebut identitasnya.

Apa pun bentuk acara menyambut HUT Kemerdekaan RI tahun ini, sebagai warga negara, pengungsi Syiah merasa belum merdeka.

"Masih banyak hak-hak kami yang belum kami dapatkan secara wajar, jadi kami merasa belum merdeka," kata Tajul Muluk, salah satu pimpinan pengungsi Syiah asal Kabupaten Sampang.

Tajul merinci, bukan hanya hak memeluk keyakinan yang tidak didapat kelompok Syiah Sampang, namun juga hak memiliki kehidupan sosial hingga hak mendapatkan tinggal yang layak.

Saat ini, lanjut dia, ada 337 pengungsi yang tinggal di Rusun Jemundo. Mereka terdiri dari 84 kepala keluarga. 

Sementara itu, rumah yang disediakan hanya 70 unit untuk pengungsi Syiah. Walhasil, para pengungsi hidup berdesakan.

"Ada yang satu rumah dihuni empat kepala keluarga," ucapnya.

Belum lagi, anak-anak pengungsi yang beranjak dewasa melangsungkan pernikahan dan membutuhkan tempat tinggal. Bukan hanya soal tempat tinggal, empat kali musim lebaran terakhir, para pengungsi tidak bisa merayakan Lebaran di kampung halaman.

Jika pun ada, hanya beberapa orang saja yang pulang kampung ke Sampang. Kalau mudik secara massal, lanjut Tajul, dipastikan ada penolakan dari warga Desa Karang Gayang, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang.

"Untuk mendapatkan kartu identitas kami juga dipersulit," ujar Tajul. 

Dia tidak tahu sampai kapan kelompok Syiah Sampang itu akan menempati tempat pengungsian di Rusun Jemundo Sidoarjo. Meski mendapatkan jatah hidup (jadup) dari Pemprov Jatim sebesar Rp 700.000 per kepala setiap bulannya, dia bersyukur karena kelompok Syiah diterima oleh warga sekitar rusun.

"Sebagian juga ada yang bekerja di Pasar Jemundo sebagai pemotong kulit kelapa," ujarnya.

Para penganut Syiah tersebut terpaksa diungsikan ke Rusun Jemundo pada Agustus 2012 lalu, karena aktifitas mereka tidak dikehendaki dan dianggap sesat oleh warga di Dusun Nagkrenang, Desa Karanggayam, Kecamatan Omben.

Warga setempat sempat membakar rumah para pengungsi Syiah dan memaksa mereka untuk keluar dari desa. Aksi pembakaran tercatat juga pernah terjadi pada 2011.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com