Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Orangtua Ingin Ima Matul Juga Aktif Berantas Perdagangan Manusia di Indonesia

Kompas.com - 28/07/2016, 14:55 WIB

KOMPAS - Turiyo (54) dan Alima (50) tidak menyangka anaknya, Ima Matul Maisaroh (33), yang punya kisah kelam pada masa lalu, bakal menjadi bagian dalam acara Konvensi Nasional Partai Demokrat di Philadelphia, Pennsylvania, Amerika Serikat, yang berlangsung 26 Juli . Bersama sejumlah senator dan pembicara lain, Ima tampil di panggung utama Stadion Well Fargo untuk berpidato soal perdagangan manusia.

Orangtua Ima tinggal di Dusun Krajaan, Desa Kanigoro, Pagelaran, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Saat ditemui, Senin (25/7), suami istri petani itu menuturkan, selama ini anaknya tidak pernah bercerita secara detail tentang apa dan bagaimana pekerjaannya di negeri Paman Sam itu.

Namun, keluarga mengetahui, anak pertama dari tiga bersaudara yang semuanya perempuan itu dekat dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama. Bahkan, saat Obama pergi, Ima sering ikut dalam rombongan. "Selama ini ia tidak pernah cerita. Ima hanya mengatakan kerja di kantoran. Kerjanya membantu banyak orang telantar," ucap Turiyo.

Ima adalah salah satu anggota Dewan Penasihat Perdagangan Manusia Presiden Barack Obama. Situs suara orang Indonesia di AS, Indonesian Lantern, menyebut Ima diangkat menjadi anggota Dewan Penasihat Gedung Putih bersama 10 anggota lainnya sejak Desember 2015.

Ima sendiri telah mem-posting undangan untuk tampil di acara Konvensi Demokrat yang secara resmi memilih Hillary Rodham Clinton sebagai kandidat utama Presiden AS melalui akun Facebook dan Twitter miliknya. Ucapan selamat meluncur dari teman-teman, termasuk saudara di kampung halaman.

Ima berangkat ke AS tahun 1997. Saat itu, perempuan yang hanya mengenyam pendidikan sampai kelas satu SMA swasta di Kecamatan Gondanglegi sebelum akhirnya drop out karena menikah, mendapat tawaran untuk bekerja di sektor rumah tangga. Ada saudara dari majikannya di Malang yang tinggal di AS yang membutuhkan pekerja rumah tangga.

Ketika itu, Ima menjalani magang kerja sebagai pekerja rumah tangga sebagai syarat untuk berangkat sebagai tenaga kerja Indonesia (TKI) di Hongkong. Setelah keluar dari sekolah dan menikah, Ima bermaksud mengais rezeki ke luar negeri dengan mendaftar di salah satu perusahaan penyalur TKI.

"Karena mendapat tawaran ke Amerika, akhirnya yang ke Hongkong dibatalkan. Kami harus mengeluarkan dana Rp 600.000 saat itu untuk membatalkan," tutur Turiyo.

Ima akhirnya berangkat ke AS bersama salah satu saudaranya, Sri Wahyuni.

Diperlakukan buruk

Namun, menurut Turiyo anaknya mendapatkan perlakuan buruk selama bekerja. Bahkan, ia dua tahun tidak digaji, hingga akhirnya melarikan diri.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com