Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Debit Air Kecil, PDAM Nunukan Matikan Mesin Pompa

Kompas.com - 12/03/2016, 13:44 WIB
Sukoco

Penulis

NUNUKAN, KOMPAS.com - Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, terpaksa mematikan mesin pompa air untuk menyuplai bak pengolahan. Hal ini dilakukan karena debit air Sei Bilal terus menyusut.

Akibat penurunan debit sungai tersebut, pasokan air di embung Sungai Bilal berkurang dan mesin pompa milik PDAM Nunukan kandas mencapai dasar embung.

"Mesin di ponton terpaksa dimatikan, tinggal mesin gantung yang bisa nyedot air," ujar Baun, operator pompa PDAM Sei Bilal, Sabtu (12/3/2016).

PDAM Nunukan memiliki tiga embung untuk menampung air hujan sebagai sumber bahan baku. Dari tiga embung ini, air disalurkan kepada lebih dari 7,000 pelanggan di Pulau Nunukan.

Aakibat debit air yang terus mengecil, ketiga embung tersebut juga mulai mengalami kesulitan mendapat air.

"Kita memang suruh matikan pompanya kalau airnya sudah terlalu surut. Kalau mesin dipaksa, bisa terbakar karena tidak ada air," kata Kepala Bagian Keuangan PDAM Nunukan Suparlan Kasmin.

Pantuan Kompas.com di embung Sungai Bilal, ketinggian air di sekitar mesin pompa hanya berkisar 1,5 meter. Ketinggian normal air lebih dari 10 meter.

Air yang diperoleh PDAM juga terlihat coklat karena bercampur dengan lumpur. Berkurangnya debit air membuat PDAM harus menunggu 24 jam agar air bisa disedot untuk diolah.

Sejak kemarau melanda Kabupaten Nunukan selama lima bulan terakhir, debit air Sungai Bilal tinggal 10 liter per detik.

"Dengan keadaan ini kita menunggu hingga 24 jam agar air bisa disedot. Dari Sei Bilal, kita hanya mampu melayani 700 pelanggan saja,"  kata Suparlan.

Krisis air membuat PDAM Nunukan memberlakukan pelayanan air secara bergilir. Salah satu pelanggan air PDAM, Arifin mengaku sudah seminggu lebih air di tempat tinggalnya mati.

Untuk berjaga-jaga sewaktu-waktu air mengalir, dia sudah menyiapkan pompa air untuk menyedot air. "Tempat kita tinggi, enggak kebagian kalau tidak disedot," kata warga  warga Jalan Sanusi tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com