Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jaya Lewat Celana "Jeans" Majalengka

Kompas.com - 15/02/2016, 19:15 WIB

Oleh: Rini Kustiasih

MAJALENGKA, KOMPAS - Celana-celana jeans bermerek asing kebarat-baratan, semisal Black Axe, Detero, atau Oscar yang banyak ditemui di Pasar Tanah Abang, Jakarta, dipastikan bukan buatan luar negeri. Celana-celana jeans itu asli lokal punya! Asli dari Kampung Sukaraos, Desa Sukamukti, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat.

Setiap hari, Kampung Sukaraos yang berada di Kecamatan Cikijing, di perbatasan antara Majalengka dan Kuningan, itu berdenyut dengan suara mesin jahit yang digerakkan tangan-tangan cekatan warga dari berbagai daerah. Deru mesin jahit yang hadir hampir di setiap rumah warga menjadi pertanda kehidupan ekonomi yang tumbuh mekar, dan sekaligus berkelindan dengan penumpukan kapital, karena di kampung ini persaingan adalah hukum alam.

Jalan rusak di muka kampung sama sekali tak menampakkan besarnya skala ekonomi yang sedang digeluti warganya. Begitu pula dengan lebar jalan kampung sekitar 3 meter yang hanya cukup dilintasi satu mobil itu. Dengan kondisi yang demikian, jalan itu setiap hari dilintasi sedikitnya 20 mobil boks dari Jakarta ataupun Bandung. Mobil-mobil datang mengambil pesanan celana beragam merek dan ukuran dari konfeksi rumahan Sukaraos.

Di tikungan, di konfeksi paling ujung, sebelum jalan itu menanjak karena kontur tanah lebih tinggi, Iwan (42) sedang mengawasi anak buahnya menyelesaikan pekerjaan. Ia memperhatikan keliman celana di pinggang, memastikan jahitan rapi, dan mengecek jahitan pada saku belakangnya. Semuanya harus sempurna.

"Bisnis lagi sepi," ujarnya sembari bekerja, Sabtu (9/1). Ruangan tempatnya bekerja sempit karena harus berbagi dengan mobil baru yang diparkir di dalam ruang jahit. Tatapan Iwan yang penuh curiga membuat suasana dingin pada mulanya. Sikap warga yang tertutup itu mewakili sepenuhnya model perburuan untung yang mereka lakukan. Iwan mengakui, di antara warga timbul persaingan usaha yang amat ketat, bahkan cenderung tidak sehat.

"Di sini kami bersaing, dan tidak mau tahu tentang usaha orang lain. Orang tidak mau banyak bercerita karena takut persaingan harga yang ketat. Sekarang ini barang Tiongkok juga mulai masuk. Barang-barang dari Tiongkok itu bagus kualitasnya dan harganya murah. Ini mulai menyulitkan kami," kata Iwan, yang menggeluti usaha konfeksi jeans sejak 17 tahun lalu.

Iwan dulunya penjahit konfeksi milik warga lainnya di kampung itu. Pengusaha jeans pada generasinya umumnya adalah penjahit yang dulu matang bekerja pada usaha serupa di Bandung. Awal tahun 1990, satu per satu dari mereka pulang dan membuka konfeksi sendiri. "Saya pulang ke sini tahun 1995 dan mula-mula ikut orang lain. Tahun 1997, saya mulai mandiri dan mendapatkan pelanggan dari Tanah Abang," ujarnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com