Warga Ujungberung Bandung, Fatimah mendukung dengan kebijakan kantong plastik berbayar karena akan mengurangi penggunaan sampah plastik yang sulit terurai.
“Selain merusak lingkungan (penggunaan sampah plastik) sudah saatnya masyarakat kita beralih ke kebiasaan yang sebenarnya sudah diajarkan para orangtua kita dulu. Sekarang diawali dengan pasar modern, nanti menular ke pasar tradisional,” kata Fatimah, Selasa (9/2/2016).
Fatimah mengungkapkan, kedua orangtuanya sejak dulu selalu membawa tas sendiri saat berbelanja. Kebiasaan tersebut tentunya bisa menghemat penggunaan plastik.
“Kalau dulu bisa, sekarang juga harus bisa,” tambah dia.
Sementara itu, warga Bandung lainnya, Agustin Purnawan mengatakan, kebijakan ini tidak akan efektif. Sebab, masyarakat masih bisa menggunakan kantong plastik meski harus membayar lebih.
“Kalau mau efektif, kebijakannya seharusnya tidak menggunakan kantong plastik, bukan kantong plastik berbayar,” kata dia.
Tanggapan lain disampaikan Dwi Heryani. Dia berpendapat, kebijakan ini hanya dapat diterapkan di pasar modern yang konsumennya adalah kalangan menengah ke atas.
Namun, ketika kebijakan ini diterapkan terhadap masyarakat kelas bawah, Dwi mengatakan, memerlukan upaya yang lebih keras.
“Ngomongnya jangan sama mal dong. Tapi tanya tukang bala-bala, batagor atau pedagang lainnya di pinggir jalan, kebijakan ini akan sangat merepotkan mereka,” kata dia.
Sebelumnya diberitakan, Kota Bandung siap menjadi pilot project kebijakan kantong plastik berbayar.
Salah satu yang menerapkan kebijakan ini adalah mini market Circle K yang hingga kini masih menggunakan kantong plastik.
Namun begitu diberlakukan, semua Circle K akan menerapkan kebijakan kantong plastik berbayar tersebut.