Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Spekulan Pangan Merajalela, Giliran Deddy Mizwar Tawarkan Solusi

Kompas.com - 06/02/2016, 08:07 WIB
Kontributor Bandung, Reni Susanti

Penulis

BANDUNG, KOMPAS.com - Wakil Gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar mengkritisi spekulan pangan yang memainkan harga di pasar.

Menurut dia, aksi spekulan ini sangat merugikan masyarakat dan petani serta menjadi salah satu penyebab inflasi.

Sspekulan kerap mengambil untung tinggi, sehingga harga di pasar menjadi sangat memberatkan masyarakat. Padahal, spekulan membeli dari petani dengan harga yang rendah.

"Yang untung spekulan, yang duduk tadi. Yang keringat ya petani, yang berbulan-bulan. Mereka (spekulan) enggak berkeringat, di ruang AC tinggal klik-klik saja. Kan enggak adil," ujar Deddy.

Hal itu diungkapkannya seusai memimpin rapat koordinasi terkait program penyuluh desa, di Kantor Bappeda Jabar, Bandung, Jumat (5/2/2016) kemarin.

Deddy mengakui, aksi spekulan yang merajalela itu karena perniagaan belum tertata dengan baik. Salah satunya karena belum adanya data yang akurat terkait potensi dan ketersediaan produk pertanian.

"Ini karena menggunakan data yang debatable. Sehingga tidak aneh apabila antar kementerian dan badan selalu tidak cocok setiap ada kebijakan impor. Selalu gaduh," kata dia.

"Kita tidak berharap lagi ada spekulan-spekulan berbicara tentang impor komoditi ini. Karena informasi ini yang tidak valid," sambung Deddy.

Ketidakteraturan ini membuat pola tanam petani tidak teratur. Petani dibiarkan menanam sesuka hati tanpa arahan dari pemerintah.

Solusinya, kata Deddy, Pemprov Jabar akan membentuk Posluhdes (pos penyuluh desa) untuk menyajikan data pertanian di Jabar secara akurat.

Selain itu, posluhdes ini pun bertugas memberi pengarahan kepada petani terkait pola tanam yang baik.

Dengan teraturnya penanaman komoditas pertanian ini, diharapkan tidak ada lagi hasil pertanian yang terbuang sia-sia karena stok berlebih.

Selain itu, jika terjadi kekurangan stok pun, bisa segera diketahui sehingga bisa diambil kebijakan yang tepat.

"Jadi petani bisa berpikir untuk menentukan tanamannya. Kalau kata penyuluh jangan nanam tomat karena masih banyak, petani bisa ke cabai. Atau sebaliknya. Jadi harga di petani stabil, enggak ada yang busuk karena enggak kejual. Harga di masyarakat pun stabil," tutur dia.

Nantinya, data tersebut bisa diakses oleh siapa pun dengan memanfaatkan perkembangan teknologi. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com