"Saya tidak tahu kenapa Indramayu (motif). Apakah di sana karena angka perceraian tinggi? TKI juga tinggi. Ada kaitannya enggak dengan uang palsu," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Prov Jabar, Rosmaya Hadi, di Gedung Sate, Selasa (19/1/2016).
Rosmaya menjelaskan, saat ini polisi masih mendalami motif maupun modus penyebaran upal. Sebab, upal tersebut disebarkan di tukang rokok, makam, dan lainnya.
"Kan suka ada yang memberikan uang kepada anak-anak yang menjaga makam. Uang yang dikasih itu palsu," imbuhnya.
BI, lanjut Rosmaya, bekerja sama dengan polisi, kejaksaan, dan kehakiman untuk memberantas pelaku peredaran upal. Pihaknya berkomitmen untuk mengawal kasus yang ada.
"Hukumannya harus tinggi karena ini masalah kedaulatan bangsa," ungkapnya.
Ketika ditanya kemungkinan ada hubungannya dengan pilkada, Rosmaya membantah. Kemungkinan uang palsu beredar karena Indramayu merupakan daerah pelabuhan atau pintu masuk pendatang dari luar Jawa Barat.
Uang yang dipalsukan biasanya pecahan besar Rp 50.000 dan Rp 100.000.
"Jumlahnya dari tahun-tahun sebelumnya stabil. Dari satu juta ada satu lembar yang palsu," tutupnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.