Beberapa di antaranya ada yang tertatih-tatih karena terluka di bagian kaki dan kepala. Sebagian lagi berlari sambil mendorong kawannya yang duduk di kursi roda.
Mereka semua lantas berkumpul di tanah lapang. Terlihat jelas raut muka mereka ketakutan. Namun, kondisi tersebut tidak berlangsung lama. Berkat kesiapsiagaan, mereka bisa mengatasi keadaan dengan baik.
Korban luka segera dibawa menggunakan tandu menuju ambulance. Para guru juga mencoba menenangkan para siswa yang masih tampak panik.
Itu adalah gambaran kegiatan simulasi bencana alam yang dilakukan oleh para siswa dan guru SLB Negeri Kota Magelang, Kamis (17/12/2015) siang.
Simulasi yang dilaksanakan di halaman sekolah itu melibatkan para petugas dan relawan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Magelang.
Kepala SLB Negeri Kota Magelang, Siti Asna, mengungkapkan bahwa simulasi penangangan bencana alam ini penting dilakukan mengingat Magelang termasuk daerah rawan bencana, mulai dari gempa bumi, gunung meletus sampai tanah longsor.
Bagi sebagian besar masyarakat, kata dia, terutama yang tinggal di daerah rawan bencana, barangkali sudah biasa mendapatkan pelatihan atau kegiatan mitigasi bencana.
Namun, kegiatan serupa yang dikhususkan bagi kaum berkebutuhan khusus atau difabel sejauh ini masih minim.
"Bagi warga pada umumnya barangkali memiliki kemampuan untuk menyelamatkan diri saat terjadi bencana, namun tidak demikian bagi kaum difabel. Mereka tentu memiliki keterbatasan. Karenanya kami pikir simulasi ini penting bagi mereka," kata Asna di sela-sela kegiatan simulasi.
Asna mengaku terharu saat kegiatan simulasi berlangsung. Sebab, ia merasakan seolah bencana gempa bumi benar-benar terjadi seperti pengalamannya ketika gempa Yogyakarta 2006 silam.
Terlebih, ada beberapa orang tua dan siswa yang benar-benar panik dan menangis saat mengikuti simulasi.