Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hilang Saat Mandi di Sungai, Dodik Ditemukan dengan Luka Cabik di Dada

Kompas.com - 28/11/2015, 11:51 WIB
Kontributor Balikpapan, Dani J

Penulis

BALIKPAPAN, KOMPAS.com - Bocah 12 tahun bernama Dodik ditemukan dengan kondisi mengenaskan pada Sabtu (28/11/2015), sekitar pukul 07.00 Wita. Di dada dan kakinya tercabik.

Saat ditemukan oleh warga Kompleks Graha Indah di Balikpapan Utara, Kalimantan Timur, tubuh Dodik menelungkup di lumpur-lumpur hutan bakau.

“Kondisi tidak bernyawa. Luka cabik tidak bisa dipastikan karena apa, biar otopsi yang berbicara. Sayang, keluarga tidak ingin otopsi,” kata Ketua RT 14 Graha Indah Gang Mangrove, Agus Bei.

Siswa SMP ini hilang selagi mandi sambil berenang di Sungai Somber, Jumat (27/11/2015) menjelang petang.

Saat itu, Dodik berenang tak jauh dari pantauan orangtuanya. Ketika itu kondisi sungai tengah pasang dan arus deras. Sekali berenang, Dodik tak muncul lagi.

“Kami warga sebenarnya sudah tahu bahwa ada larangan berenang di sungai,” kata Agus.

Warga segera sibuk mencari. Tim SAR dan polisi juga turun mencari Dodik semalaman.

Pencarian warga berakhir ketika Dodik ditemukan menelungkup di lumpur-lumpur hutan bakau, tak jauh dari laut Teluk Balikpapan.

Jaraknya, kata Agus, sekitar 1.000 meter dari tempat bocah itu hilang.

Agus dan warga lain menyesalkan kejadian ini. Sebab, larangan telah diberlakukan lama bukan hanya karena sungai berarus deras, melainkan juga kerap muncul buaya liar di sungai Somber ini.

Meski otopsi tidak dilakukan, warga menduga luka cabik di tubuh Dodik karena buaya liar tersebut.

Menurut Agus, hutan bakau di sepanjang sungai Somber menyimpan keragaman hayati, khususnya burung dan bekantan.

Selain itu, warga juga menyadari keberadaan buaya yang mereka sebut sebagai buaya muara.

Agus mengatakan, setidaknya terdapat empat titik muara sungai dan anak sungai Somber sebagai habitat utama buaya muara ini.

Habitat buaya diduga terusik pembukaan lahan bakau untuk kegiatan perusahaan maupun permukiman.

Sungai pun semakin padat aktivitas kapal dan perahu. Agus meyakini, buaya dan banyak habitat lain terdesak akibat pembukaan lahan di sana.

“Jadi tidak heran kalau buaya saja mulai sering terlihat di sana,” kata Agus.

Warga kemudian menyepakati aturan main agar tidak memanfaatkan air sungai untuk kegiatan hari-hari, khususnya mandi, apalagi berenang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com