Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Guru di Tempat Terpencil Sukabumi, Pengabdian Tak Berbatas

Kompas.com - 25/11/2015, 07:00 WIB
KOMPAS - Hari ini, tepat pada 25 November, kita akan merayakan Hari Guru Nasional. Saat yang tepat untuk melihat kembali tetesan keringat dan pengabdian para ibu dan bapak guru dalam mencerdaskan anak-anak bangsa, tanpa pandang tempat.

Para jurnalis harian Kompas, Ester Lince Napitupulu, Lasti Kurnia, dan Indira Permanasari, mengunjungi para guru yang berada di pedalaman Kabupaten Sukabumi, tepatnya di SDN Caringin, Kampung Caringin, Desa Nangela, Kecamatan Tegalbuleud, dan SDN Sukasari di Kampung Cilampahan, Desa Sumberjaya, Kecamatan Tegalbuleud, Kabupaten Sukabumi, pekan lalu. SDN Sukasari dan SDN Caringin termasuk sekolah yang terpencil di Kabupaten Sukabumi.

Jalan akses menuju ke dua sekolah itu tidak mudah. Di Desa Sukasari, begitu matahari bersinar, kami mengikuti Endun dan Ade Irma menuju ke sekolah dengan menaiki sepeda motor bebek yang sudah dimodifikasi.

Selama setengah jam mereka berayun-ayun di atas motor melewati jalanan batu dan tanah yang berkelok dan berbukit. Sampai kemudian tampak sekolah di atas bukit. Di tempat itu, keduanya mengajar.

Dengan segala keterbatasan, Endun dan Irma mendidik anak-anak desa dengan sepenuh hati. Ade Irma mengajar dua kelas sekaligus hari itu. Wajah pendidikan di daerah terpencil dapat dipotret di tempat itu.

Keesokan harinya, kami berpindah ke SDN Caringin. Akses menuju lokasi tempat ini lebih sulit lagi. Kamis (19/11) sore, kami ditemani Pak Guru Riki Sonjaya, seorang operator sekolah merangkap guru tidak tetap, mengunjungi tempatnya mengajar.

Kendaraan dua gardan (4x4) sekalipun hanya dapat sampai di Desa Nangela ketika hari hujan. Motor bebek yang sudah dimodifikasi juga tak cukup sakti untuk mengantar ke sekolah itu. Perjalanan harus dilanjutkan berjalan kaki dengan medan sulit selama 4 jam dalam guyuran hujan di tengah jalan berbukit.

Kami melewati kebun karet, ladang warga, hutan kecil dengan alas kaki yang sudah tebal dengan lumpur dan tanah liat lengket. Alas kaki yang dikenakan pun ada yang menjadi korban dan terpaksa ditinggal di lapangan. Hujan memang menjadi "musuh" sekaligus berkat di daerah itu. Kalau tidak hujan, kendaraan masih bisa menjangkau sekolah meski butuh keterampilan untuk mengendarai di medan sulit itu.

Warga dan para guru yang sudah terbiasa dengan medan itu bisa menempuh hanya dalam dua jam. Namun, begitu air sungai meluap, mereka harus memutar dengan jarak tempuh dua kali lipat.

Di SD Caringin, Riki Sonjaya mengajar bersama Pak Guru Sarino yang sudah mengajar bertahun-tahun di sekolah itu. Sarino merupakan tenaga pengajar andalan. Guru berstatus pegawai negeri sipil itu hanya seorang diri mengajar dari kelas I sampai kelas VI.

Jika Riki Sonjaya datang ke sekolah, dia ikut membantu mengajar kelas I dan II. Sehari-hari, tugas utamanya sebagai operator administrasi yang datang 2-3 kali seminggu ke sekolah. Sarino pada akhirnya memilih membangun rumah dekat sekolah di dusun sepi tanpa aliran listrik itu demi mendidik anak bangsa di sana.

Kisahnya lebih lengkap dapat diiikuti pada hari Rabu (25/11). Harian Kompas akan menerbitkan tulisan tentang guru di daerah terpencil yang selama ini ikut menjaga Nusantara dan mencerdaskan anak bangsa. Selain itu, sejumlah tokoh juga akan bercerita tentang guru-guru mereka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com