Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Populasi Kera di Gunung Tidar Dinilai Sudah Berlebihan

Kompas.com - 02/11/2015, 15:50 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Populasi kera ekor panjang di kawasan hutan Gunung Tidar dinilai sudah berlebihan.

Pihak pengelola Gunung Tidar mengaku repot memelihara ratusan binatang primata itu. Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Gunung Tidar Kota Magelang, Widodo, mengungkapkan ada lebih dari 300 ekor kera ekor panjang yang hidup di kawasan hutan Gunung Tidar. Mereka hidup bebas dan berkoloni di kawasan itu.

"Kalau saya bilang sudah over (kelebihan) populasi. Ada lebih dari 300 ekor kera hidup di kawasan ini. Tingkat reproduksi mereka cepat sekali," ungkap Widodo, Senin (2/11/2015).

Ratusan ekor kera ekor panjang ini hidup dalam tiga koloni, satu koloni hidup di sisi timur (pintu masuk), sisi timur laut (atas terminal lama) dan sisi barat (Komplek Akademi Militer).

Akibat kelebihan populasi itu, Widodo mengatakan, aktivitas pengunjung yang sedang berwisata menjadi terganggu. Mereka kerap merebut barang-barang yang ditenteng pengunjung, seperti minuman ringan, makanan, bahkan kamera dan ponsel.

Widodo menilai perilaku kera-kera itu wajar karena memang jumlah makanan yang tersedia di kawasan hutan semakin menipis, terutama musim kemarau belakangan ini. Apalagi tidak banyak pohon buah yang tumbuh di kawasan ini. Sebagian besar hutan ditumbuhi pohon pinus, cemara, kopi dan lainnya.

"Kalau melihat ada pengunjung yang bawa makanan pasti diuber. Kadang juga mengambil makanan dari warung-warung di areal parkir. Tapi tidak apa-apa kok, hanya sebatas itu (merebut makanan) tidak sampai melukai," ucap Widodo.

Menurut dia, kelebihan populasi ini disebabkan tingkat reproduksi kera yang sangat tinggi. Sampai saat ini pihakya belum menemukan cara untuk mengendalikan atau memperlambat percepatan populasi itu tanpa harus membunuh mereka.

"Kami belum tahu bagaimana mengendalikan reproduksinya. Semakin banyak jumlah kera ini maka butuh biaya yang tidak sedikit pula untuk memeliharanya. Tapi jangan sampai membunuh mereka karena bagaimanapun juga mereka adalah makhluk yang harus dilindungi," ujarnya.

Untuk mencukupi kebutuhan makanan kera-kera itu, Widodo kerap menyediakan sayuran hasil sortiran seperti buncis, sawi, kol yang diambil dari pedagang di Soropadan Temanggung dan supermarket. Tidak jarang pula, dia memberi kera-kera itu roti yang tidak layak jual dari pedagang di pasar.

"Awal tahun depan kami akan mulai menaman pohon buah-buahan, seperti jambu, jambu air dan salak. Ini juga sebagai upaya untuk persediaan makanan mereka dan konservasi hutan. Rencanaya pada akhir November 2015 ini kami juga akan mulai tanam tanaman bunga Anggrek sebagai ikon Kota Magelang," ungkap Widodo.

Widodo menceritakan keberadaan ratusan ekor kera ini semula untuk mendukung kegiatan survival perwira-perwira Akademi Militer (Akmil). Dari enam ekor yang disebar, kini jumlahnya mencapai ratusan. Selain kera, ada juga ular dan kijang.

"Kalau kijang masih ada satu ekor, kalau ular masih banyak. Awalnya untuk mendukung survival perwira Akmil," ungkapnya.

Aryo Wicaksono, tokoh masyarakat Gunung Tidar, menambahkan, belum lama ini, pihaknya bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogayakarta melakukan kajian terhadap flora dan fauna yang ada di kawasan hutan gunung Tidar.

Hasilnya, sebanyak 562 ekor kera ekor panjang hidup bebas di kawasan hutan gunung setinggi 850 meter dari permukaan laut (mpdl) itu. Mereka hidup dalam delapan kelompok yang tersebar di kawasan ini.

"Sebetulnya mereka (kera) butuh perhatian masyarakat dan pemerintah. Jangan merusak habitatnya dan perlu juga mulai ditanamni pohon buah-buahan supaya mereka tidak mengganggu warga karena kebutuhan makan mereka tercukupi," kata Aryo.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com