Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kapolri Perintahkan Propam Usut Kasus Salim Kancil

Kompas.com - 01/10/2015, 15:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Polri Jenderal Pol Badrodin Haiti mengatakan, pihaknya telah memerintahkan tim Profesi dan Pengamanan (Propam) Polri untuk membantu menyingkap kasus kekerasan terhadap Salim Kancil dan Tosan, aktivis anti-tambang Kabupaten Lumajang.

"Saya sudah perintahkan Propam," kata Badrodin saat dihubungi, Kamis (1/10/2015), seperti dikutip Antara.

Menurut dia, hingga saat ini, baik Polda Jatim maupun Propam masih terus mengusut kasus ini. Kapolri pun meminta semua pihak untuk bersabar menunggu hasil pengusutan kasus ini. (Baca: Oesman Sapta: Pembunuh Salim Kancil Pantas Dihukum Mati)

"Nanti, dari Propam itu akan diperoleh hasilnya," ujar Kapolri.

Badrodin juga meminta bila ada warga yang mengetahui informasi terkait penambangan ilegal dan pembantaian Salim agar segera melapor ke polisi.

Hingga saat ini, jumlah tersangka kasus penganiayaan yang menyebabkan Salim Kancil meninggal dunia di Desa Selok Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, tersebut berjumlah 22 orang.

Dari 22 tersangka, 20 tersangka di antaranya ditahan dan dua tersangka lain tidak ditahan karena masuk kategori anak-anak, yakni berusia 16 tahun.

Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Surabaya sebelumnya mendesak pihak Mabes Polri mengambil alih penanganan kasus tersebut. Pasalnya, kepolisian daerah dianggap tidak serius menangani aduan warga. (Baca: Pihak Mabes Polri Diminta Tangani Kasus Salim Kancil)

Koordinator Badan Pekerja Kontras Surabaya, Fathul Khoir, mengatakan, kejadian yang menimpa Salim Kancil dan Tosan seharusnya tidak terjadi apabila ada keseriusan dari aparat kepolisian untuk menanggapi laporan korban terkait dengan ancaman pembunuhan yang diadukan sebelumnya.

"Terkesan ada pembiaran dari aparat kepolisian karena perwakilan Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Desa Selok Awar-Awar pernah melaporkan adanya ancaman kepada Kasat Reskrim Polres Lumajang. Namun, polisi tidak bergerak cepat untuk mengantisipasinya," tuturnya.

Salim dibunuh oleh belasan hingga puluhan orang pada Sabtu (26/9/2015) sesaat sebelum demo penolakan tambang pasir di Desa Selo Awar-Awar, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang. Dalam peristiwa itu, puluhan warga pro-penambangan pasir mengeroyok dua orang, yaitu Tosan dan Salim.

Salim tewas dengan luka bacok dan luka di bagian-bagian lain tubuh dalam kondisi tangan terikat. Adapun Tosan mengalami luka serius dan kini dirawat secara intensif di Rumah Sakit Saiful Anwar, Malang. Keduanya adalah aktivis penolak tambang di Selo Awar-Awar.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com