“Maaf, saya terharu tetapi pada saat yang sama juga sedih setelah mendengar kondisi petani tebu, karena saya ingat betul bagaimana berjuang bersama teman- teman petani tebu di tahun 2001 silam, saat saya jadi Menteri Perindustrian dan Perdagangan,” ucap Rini terisak.
Baca: Bertemu Menteri BUMN, Petani Tebu "Curhat" Pabrik Gula Rafinasi
Saat ini lanjut Rini, keadaan petani tebu sebenarnya jauh lebih berat, jika dibandingkan dengan tahun 2001 silam.
“Tentunya saya sedih dengan kondisi sekarang, karena hampir mirip seperti tahun 2001 silam, tetapi keadaannya jauh lebih berat sekarang,” katanya.
Apalagi, kata dia, dalam waktu dekat petani tebu akan dihadapkan dengan kondisi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Jika MEA berlaku, seluruh barang-barang dari negara Asean bisa keluar masuk ke negara anggota Asean dengan bebas.
“Saat ini kita harus mempersiapkan cara bagaimana harus menghadapi ini. Posisi saya sekarang berbeda. Saya bukan menteri perdagangan. Tidak punya otoritas untuk melarang impor, tetapi saya punya kepentingan yang sama, bahwa pabrik gula negara harus tetap hidup, dan hanya bisa hidup dengan petani tebu,” ujarnya.
Rini mengaku, sudah menekankan kepada seluruh direksi PT Perkebunan Nusantara untuk terus melakukan perbaikan terhadap pabrik gula agar lebih efisien. Ia berharap, harga gula Indonesia bisa bersaing di tingkat internasional.
“Kalau begitu, petani tebu akan bersemangat menanam tebu dan harga gula bisa berkompetisi dengan harga di luar,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.