Di kamar forensik, Ganda Purba menceritakan, sekitar pukul 06.00 wib dia bangun tidur sementara isterinya masih terlelap di kamar. Setelah memberangkatkan kedua anaknya yang berusia 9 dan 7 tahun ke sekolah, Ganda mengaku memanaskan mobil yang terparkir di pekarangan rumah.
Setelah sekitar 30 menit memanaskan mobil, Ganda mengaku dia masuk ke dalam rumah dan melihat istrinya Seni sudah tewas gantung diri di salah satu tiang plafon rumahnya.
"Begitu kutahu gantung diri, tali langsung kupotong pakai pisau lalu kupanggil tetanggaku Sinaga dan nggak lama polisi datang. Kemudian mayat istriku kami bawa ke RSUD Rondahaim Raya," tutur dia.
Tak berapa lama, keluarga Seni datang ke rumah sakit. Pihak keluarga menganggap kematian Seni tidak wajar. Jasad Seni pun dibawa ke kamar forensik untuk diotopsi atas permintaan keluarga.
"Enggak ada kubunuh, tapi dituduh pula aku yang membunuh, makanya mayat istriku dibawa ke sini," ucap Ganda.
Sering bertengkar
Ganda yang berprofesi sebagai penjual buku keliling bercerita, awalnya rumah tangga mereka baik-baik saja. Tidak pernah ada pertengkaran. Ia juga mengaku tidak pernah ringan tangan terhadap isterinya.
Pertengkaran mulai terjadi setelah Ganda menjual rumahnya seharga Rp 30 juta untuk melunasi utang. Seluruh hasil penjualan rumah habis untuk bayar utang. Menurut Ganda, isterinya tidak setuju dengan keputusan ini. Cekcok mulut pun kerap terjadi.
"Uang jual rumah memang kupakai bayar utang. Banyak kali utangku sama orang. Tadi malam waktu pulang ke rumah, aku memang cekcok sama istriku di rumah, tapi waktu cekcok enggak ada aku main pukul. Malahan aku mau pergi dari rumah, tapi dihalangi sama istriku," kata Ganda.
"Terus istriku mengancam mau bunuh diri minum racun, makanya terkadang aku enggak tahan tinggal di rumah apalagi pihak keluarga mertua terlalu campur tangan dengan urusan rumah tanggaku," ujar Ganda.