Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jumlah Orang Rimba yang Sakit Terus Bertambah

Kompas.com - 09/03/2015, 16:50 WIB

JAMBI, KOMPAS.com — Jumlah penderita sakit pada kelompok Orang Rimba di timur penyangga Taman Nasional Bukit Duabelas, Jambi, terus bertambah. Sabtu (7/3/2015), tiga anak kembali dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Batanghari setelah demam yang berkepanjangan disertai batuk kian memperlemah kondisi fisik mereka.

Ketiga anak tersebut bernama Kipa (1), Nipah Bungo (2,5), dan Meruti (12). Mereka adalah anak dari Mimpin (23), warga rimba yang meninggal di awal munculnya bencana penyakit itu di sekitar TNBD, 2 bulan lalu. Ketiganya memiliki ciri-ciri penyakit yang serupa dialami ayah mereka dan sebagian besar warga kelompok itu. Intensitas batuk ketiganya kini semakin tinggi. Mereka tidak mau lagi makan. Kondisi tubuh semakin lemah.

Dokter yang memeriksa ketiganya, Dedy Andihara, mengatakan, pemeriksaan medis sementara di RSUD Batanghari menunjukkan ketiga pasien menderita bronkopneumonia, radang paru dan saluran pernapasan disertai demam dan batuk produktif. Penyakit ini melemahkan sistem pertahanan tubuh. Penyebabnya bisa bakteri, virus, atau jamur.

Secara khusus kondisi fisik Kipa dan Nipah Bungo sangat lemah. ”Selain menderita bronkopneumonia, keduanya mengalami status gizi buruk,” ujarnya. Pihaknya menyarankan pasien tetap menjalani perawatan intensif hingga kondisinya pulih.

Pekan lalu, pendataan oleh Puskesmas Durian Luncuk, Batanghari, mengungkap 60 anak di kelompok ini dalam kondisi demam dan terserang batuk parah. Sebagian besar anak dalam kondisi malnutrisi. Kondisi gizi buruk itu diduga memperburuk kesehatan anak rimba dan dimungkinkan memicu kematian.

Selama menjalani perawatan, ketiga pasien belum memperoleh layanan pengobatan gratis. Petugas medis yang melayani mereka memberikan sejumlah resep obat yang harus dibayarkan oleh Orang Rimba.

Menurut Kristiawan, Koordinator Unit Kajian Suku-suku dari Komunitas Konservasi Indonesia (KK) Warsi, Orang Rimba takkan mampu jika dibebani berbagai biaya pengobatan. ”Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari saja, mereka sudah kesulitan, apalagi sampai dibebani biaya pengobatan yang mahal,” ujarnya.

Menurut Kris, sebagian besar Orang Rimba yang kondisinya demam dan batuk tetap memilih bertahan di dalam rimba. Mereka enggan berobat ke rumah sakit setelah mengetahui sesama mereka sebelumnya dikenai biaya pengobatan umum. Seperti diketahui, dua warga yang berobat ke RSUD Sarolangun akhirnya memilih pulang karena tidak sanggup dengan mahalnya biaya pengobatan. Dalam perjalanan pulang ke rumah, keduanya meninggal. (ITA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com