Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kepulauan Sangihe Reintje Tamboto kepada Kompas.com mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi untuk melakukan upaya pencarian.
"Kami sudah mengontak pihak Basarnas, Angkatan Laut, Kepolisian dan KPLP untuk mengetahui lokasi persisnya mereka hilang," ujar Tamboto, Rabu (4/3/2015).
Menurut dia, berdasarkan informasi warga dan keluarga para penumpang, mereka menerima kontak terakhir dengan kapal itu pada Kamis (26/2/2015) sore. "Ada laporan perahu yang mereka tumpangi mengalami mati mesin pada Kamis subuh itu, dan mengontak keluarga mereka, tetapi sore hari kontak tidak bisa dilakukan lagi," kata Tamboto.
Tamboto juga telah berusaha mengontak Camat Marore, karena laporan terakhir perahu itu berada sejajar dengan Pulau Marore. Marore merupakan salah satu pulau yang berada di garis terluar yang berbatasan dengan Filipina.
Tim pencarian mengalami hambatan dengan besarnya ombak di Perairan Sangihe, sehingga menyulitkan kapal pencari. Namun, pihak BPBD sangihe telah meminta bantuan Basarnas dan Angkatan Laut agar bisa mengerahkan kapal pencari yang lebih besar.
"Fasilitas yang kami miliki tidak memungkinkan untuk melakukan pencarian dalam kondisi ombak besar," tambah Tamboto.
Pelabuhan Peta di Kecamatan Tabukan Utara merupakan titik masuk dan keluarnya para nelayan dan warga Filipina dalam upaya penyelundupan barang-barang ilegal dari Filipina terutama minuman keras.
Di Tahuna, Ibu Kota Kabupaten Kepulauan Sangihe, barang-barang ilegal dari Filipinan dijual secara bebas, sebagian lainnya kemudian dibawa ke Manado.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.