Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jual 500 “Jimat”, Pendiri Pondok Pesantren Digeruduk

Kompas.com - 16/02/2015, 09:50 WIB
Kontributor KompasTV, Muhamad Syahri Romdhon

Penulis

CIREBON, KOMPAS.com – Sekelompok orang yang mengaku dari Ormas Islam di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mendatangi Pondok Pesantren yang diduga mengajarkan aliran sesat dan penipuan dengan menjual benda yang disebut pusaka atau jimat, Minggu (15/2/2015) kemarin.

Pondok pesantren yang disasar adalah Pondok Pesantren Nurul Quran, di Desa Setu Kulon, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon. Mereka membentangkan beberapa kertas karton, yang berisi tudingan, Pondok Pesantren malah mengajarkan aliran sesat, dan menyimpang dari ajaran Islam.

Dalam orasinya, mereka menegaskan, keberadaan Idris Nawawi, selaku Pendiri Pondok Pesantren, sangat meresahkan warga, dan bahkan umat Islam pada umumnya. Idris Nawawi tidak mengajarkan metode penghafalan Alquran, malah justru, mengajarkan ajaran yang bertentangan dari Alquran.

Tak lama berorasi, massa lalu masuk ke lingkungan pondok pesantren. Mereka menuju aula, dan menggelar debat dengan Idris Nawawi. Namun, anggota Majelis Ulama Indonesia, Kesbangpol, dan aparat keamanan pondok pesantren, langsung menengahi, agar debat berjalan kondusif.

Ketua Koordinator Ormas Gerakan Anti Pemurtadan (Gapas), Andi Mulya, menegaskan, berdasarkan bukti dan pengakuan para korban, Idris Nawawi sudah melecehkan agama Islam. Idris menyebut, Ulama-ulama penyebar Islam terdahulu adalah bangsa Jin.

Idris juga mengaku, sering kali bertemu Rasulullah, Nabi Muhamad SAW. Ia mendapatkan banyak ilmu dan amalan berbentuk dzikir dan puasa yang tak lazim. “Yang paling tidak masuk akal adalah, Idris mengaku dapat ke lauhul mahfud (langit ke tujuh-red),  bertemu Malaikat Jibril, menembus lautan, dan ke tempat yang tak terjangkau untuk mendapatkan ilmu dan benda pusaka. Idris juga mengajarkan puasa yang tak lazim,” tegas Andi dengan berapi-api. 

Andi Mulya mengatakan, masih banyak ajaran Idris Nawawi yang berentangan dengan Islam, dan tidak masuk akal. Di hadapan MUI, dan aparat lainnya, Andy, menunjukan beberapa bukti benda pusaka yang menjadi barang jualan Idris Nawawi. Idris menjual dengan harga yang cukup tinggi, dan mengiming-imingi memiliki khasiat khusus yang tokcer.

Yogi, warga Lampung, yang menjadi salah satu korban penjualan benda pusaka mengaku, sudah mengeluarkan uang Rp 1 juta untuk membeli tasbih Idris Nawawi.  Tasbih tersebut diiming imingi memiliki khasiat dapat memberikan kesembuhan dan pengobatan.

“Dalam ajarannya, Idris pun menyebutkan sapi berharga Rp 200 juta itu adalah, sapi khusus persembahan untuk Nabi Muhammad. Jadi Rasulullah disembah dong seperti berhala. Ini tidak masuk akal sehat saya. Dan masih banyak lagi ajaran yang diluar akal sehat,” kata pria yang berguru sejak tahun 2008.

Sementara itu, Idris Nawari tak membantah telah menjual benda-benda pusaka atau Jimat. Namun, benda tersebut milik kakak kandungnya, Nawawi. Idris berkilah hanya membantu memasarkannya.

“Nanti perlu dikonfirmasi, benda pusaka ini milik kakak kandung saya, saya hanyalah marketing atau tim penjualnya. Tapi sejak beberapa hari lalu saya hubungi kakak, tidak pernah ada jawaban,” kata dia usai debat.

Idris mengaku, transaksi penjualan benda pusaka sudah dilakukan sejak tahun 2009. Selama itu, dia sudah menjual sekitar 500 benda pusaka. “Kalau kepada banyak orang, kami tidak dapat menyebutkan. Tapi kalau total yang dijual ada sekitar 500 benda pusaka, semisal, keris, mustika, dan lain-lain. Dan benda pusaka ini memiliki khasiat masing-masing,” ungkap dia.

Terkait tuduhan yang dilontarkan gabungan ormas Islam, Idris akan mencari kakak kandungnya terlebih dahulu, dan menemui MUI.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com