FT menceritakan, BSM dicairkan pihak bank di sekolah secara langsung kepada masing-masing siswa utuh Rp 700.000, lengkap dengan rekeningnya. Setelah dicairkan, semua siswa penerima membawa pulang BSM tersebut ke rumahnya masing-masing. Tetapi, pihak sekolah lalu meminta BSM tersebut dikembalikan lagi ke mereka sebesar Rp 500.000.
“Saya niatnya mau membeli kalung emas dari bantuan itu agar nanti kalau lulus bisa digunakan untuk biaya melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi,” ujar FT sambil menangis.
FT menjelaskan, pemotongan BSM itu disertai dengan ancaman pihak sekolah. Jika siswa tidak mau dipotong, maka pada pencairan berikutnya akan dicoret. Jika mau dipotong, maka pada pencairan berikutnya masih akan diberi kesempatan kembali.
“Karena disertai ancaman saya takut dan saya kembalikan lagi uangnya Rp 500.000,” ungkapnya.
Pemotongan itu tidak hanya dialami FT, tetapi juga teman-teman FT. FT sudah menanyakan langsung kepada teman-temannya yang lain karena khawatir hanya dirinya yang dipotong.
Sementara itu, Khairul Anam, Kepala MTs Ma’arif IX ketika dikonfirmasi melalui ponselnya membenarkan soal pemotongan BSM itu. Alasan pemotongan itu untuk pemerataan bagi siswa yang tidak mendapat BSM. Pemotongan itu sudah berdasarkan kesepakatan dengan para siswa sendiri. Bahkan kesepakatan itu dituangkan dalam perjanjian bermaterai.
“Prinsip pemotongan itu untuk pemerataan dan semua siswa yang menerima sudah sepakat,” ungkapnya.
Namun, jika ada siswa yang merasa keberatan atas pemotongan tersebut, pihaknya akan membicarakan kembali dengan siswa. Bahkan wali murid siswa penerima BSM akan diundang untuk membicarakannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.