Seluruh jemaah melakukan shalat berpakaian serba putih. Sebelum shalat digelar, berbagai macam doa dibaca sambil menunggu warga dan santri untuk berkumpul. Setelah rampung, ribuan jemaah langsung menghadap arah kiblat untuk menggelar shalat.
Beberapa pakaian santri dan warga dikenakan dalam keadaan serba terbalik, seperti baju, sarung, songkok dan sajadah. Usai shalat, jemaah kembali menggelar doa dan tahlil bersama.
Shalat meminta hujan ini, menurut Abdul Kadir, salah satu pengurus pesantren di Palengaan, digelar karena masyarakat sudah melakukan beberapa upaya namun kekeringan tetap saja terjadi.
Masyarakat dan pesantren saat ini sangat membutuhkan air. Sehingga jalan terakhir dengan cara solat meminta hujan.
"Ini sudah ada dalam ajaran Islam dan kami diperintahkan oleh para ulama untuk menggelar solat meminta hujan," ungkap Abdul Kadir.
Selain menggelar shalat ini, para ulama juga mengimbau seluruh warga dan santri untuk meningkatkan ibadah dan permohonan kepada Allah dalam setiap ibadah. Menurut dia, keterlambatan turunnya hujan juga karena disebabkan banyak manusia yang lalai terhadap ibadah dan banyaknya dosa yang dikerjakan.
Sementara itu, Badrud Tamam, salah satu santri mengaku sampai saat ini di pondoknya sangat kekurangan air bersih. Para santri jatah mandinya dikurangi. Bahkan sehari hanya cukup berwudhu saja jika keadaan benar-benar kritis. Sementara itu, cucian dikirimkan ke rumahnya agar dicuci orang tuanya.
"Air sungai yang biasa digunakan santri mandi sekarang tidak hanya berwarna hijau, tapi sudah menghitam. Kalau mandi di sungai, dipastikan akan terkena penyakit kulit," ungkapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.