Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita dari Atambua, Saat Sukhoi Turunkan Paksa Pesawat Arab Saudi

Kompas.com - 05/11/2014, 04:47 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis

ATAMBUA, KOMPAS.com - Ada cerita tertinggal dari langit Atambua, Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur, saat dua pesawat tempur TNI AU jenis Sukhoi SU-27/30MKI Flankers memaksa pesawat jet jenis Gulf Stream HZ-103 milik Saudi Arabian Airlines untuk mendarat, Senin (3/11/2014).

Sebelum pesawat dari maskapai asal Arab Saudi itu mendarat paksa di Bandara El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), adegan saling kejar dengan pesawat Sukhoi itu memunculkan suara menggelegar bak adegan adu tembak di udara. Warga Atambua sempat berhamburan keluar karenanya.

“Mendengar bunyi yang sangat keras di udara, kami kira bunyi petir sehingga semua masyarakat keluar rumah untuk melihat. Ternyata kami lihat pesawat yang saling kejar dengan jarak yang sangat dekat," tutur Felix, salah satu warga Atambua, Selasa (4/11/2014).

"Bunyi tembakan pertama itu di atas lapangan umum Polres Belu dan tembakan kedua di dekat Halifehan,” sebut Felix. Dia bercerita, ketiga pesawat itu muncul dari arah Weluli dan melaju menuju ke arah Kupang. Selama 10 sampai 20 menit, kata dia, pesawat berputar di atas langit Atambua. ”Masyarakat di sini (Atambua) kira roket, karena banyak asap dari pesawat itu.”

Anato Moreira, warga Kabupaten Malaka yang pada Senin sedang berada di Atambua, menyebut suara ketiga pesawat tersebut menyerupai tembakan sekaligus guntur yang menggelegar. “Kami pikir guntur mau hujan sehingga kami keluar rumah," ujar dia.

"Ternyata di atas langit terlihat pesawat yang saling kejar. Kami baru tahu beberapa saat kemudian bahwa ada pesawat Sukhoi lagi kejar pesawat lain,” ungkap Anato. Dia pun menyebutkan aksi saling kejar di langit Atambua itu berlangsung tak kurang dari 10 menit. Adegan itu pun sempat diabadikan beberapa warga memakai kamera di telepon genggam.

Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat jet jenis Gulf Stream HZ-103 milik Saudi Arabian Airlines dipaksa mendarat di Bandara El Tari, Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), oleh dua pesawat tempur TNI AU jenis Sukhoi SU-27/30MKI Flankers.

Pesawat asal Arab Saudi yang memuat 13 orang (7 penumpang, 2 pilot, 2 kopilot, dan 2 pramugari) ini melintasi wilayah udara Indonesia di bagian selatan Kupang tanpa izin sehingga dikejar Sukhoi dan dipaksa mendarat.

Informasi yang dihimpun Kompas.com menyebutkan, pesawat tersebut diketahui terbang dari Singapura tujuan Australia mengangkut tim pendahulu yang akan mempersiapkan kunjungan pangeran Kerajaan Arab Saudi ke Australia.

Komandan operasi TNI AURI Pangkalan TNI AU Eltari Kupang Andi Wijaya kepada Kompas.com, Senin (3/11/2014), mengatakan, pesawat dan penumpang pesawat asal Arab Saudi itu ditahan di Bandara Eltari pada pukul 14.47 Wita, dengan para kru dan penumpang menjalani interogasi.

“Pesannya bahwa kita TNI AU tetap menjaga kedaulatan wilayah kita. Kami akan berusaha semaksimal mungkin untuk menjaga setiap penerbangan gelap yang masuk, maka kami akan force down (pendaratan paksa) dan kalau tidak mau, ya kami tembak,” ujar Andi.

Pesawat tersebut bisa melanjutkan kembali perjalanan ke Australia setelah membayar denda Rp 60 juta dan melengkapi dokumen izin terbang di wilayah udara Indonesia.

Kepala Penerangan Pangkalan TNI Angkatan Udara El Tari Kupang, Kapten Sigit, pada Senin malam mengatakan, pesawat tersebut telah diizinkan melanjutkan penerbangan ke Australia pada hari yang sama sekitar pukul 22.42 Wita.

"Pesawat dilepas setelah Kedutaan Besar Arab Saudi di Jakarta melengkapi dokumen surat izin terbang (flight clearance) di wilayah Indonesia, dan membayar denda Rp 60 juta yang akan disetor ke kas negara," kata Sigit.

Menurut Sigit, sesuai Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan dan Keputusan Dirjen Perhubungan Udara, pesawat dikenakan denda ketika masuk wilayah NKRI tanpa izin. "Semua sudah clear, yakni denda dan surat izin terbang, kemudian kami lepas untuk terbang," ujar Sigit.

Sigit mengatakan, pesawat tersebut tidak mengangkut barang berbahaya. Pesawat hanya tidak memiliki izin terbang di wilayah Indonesia. Pesawat jenis Gulfstream IV dengan nomor penerbangan HZ-03 terdeteksi radar TNI Angkatan Udara di Makassar, Sulawesi Selatan, sekitar 82 mil di selatan Kupang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com