Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Isu "Orang Potong Kepala" Santer di NTT, Warga Resah

Kompas.com - 02/11/2014, 07:36 WIB
Kontributor Kupang, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KUPANG, KOMPAS.com — Dalam tiga pekan terakhir ini, warga di kabupaten dan kota di daratan Pulau Timor, Nusa Tenggara Timur (NTT), resah dengan isu tentang orang potong kepala atau sering disingkat OPK.

Isu OPK yang muncul itu membuat para orangtua resah karena yang ditargetkan adalah anak kecil. Theresia Radja, warga Oeba, Kota Kupang, kepada Kompas.com, Sabtu (1/11/2014), mengatakan, dia mendapat informasi kalau OPK telah menculik sejumlah anak kecil untuk diambil organ tubuh mereka guna dijual sehingga dia pun takut dan terus mengawasi anaknya ketika bermain maupun ke sekolah.

"Sejak mendengar informasi OPK yang katanya menculik anak, (hal itu) membuat saya setiap hari berusaha untuk antar dan jemput anak saat sekolah. Begitu juga saat anak-anak bermain. Saya takut terjadi sesuatu terhadap anak saya," keluh Theresia.

Theresia mengaku mendengar informasi OPK tersebut dari kerabatnya yang tinggal di Jalan Nangka, Kecamatan Oebobo, bahwa beberapa hari lalu seorang anak kecil di Jalan Nangka diculik dan sampai hari ini belum ditemukan.

Sementara itu, Hans, warga Amarasi Barat, Kabupaten Kupang, mengatakan, isu OPK ini juga telah memakan korban, yakni delapan orang mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta yang hendak berwisata ke Pantai Oesaen di Desa Merbaun, Amarasi Barat. Para mahasiswa itu nyaris dihakimi warga karena dikira pelaku kejahatan.

Para mahasiswa tersebut sempat dilempari pakai batu serta puntung rokok dan rambut mereka juga dijambak. Selain itu, mobil yang mereka tumpangi juga dirusak warga. Beruntung, polisi dari Polres Kupang bertindak cepat sehingga mereka berhasil diselamatkan.

"Untung polisi cepat datang. Kalau tidak, mereka sudah dihakimi warga. Saat mereka datang ke Pantai Oesaen, karena tidak tahu lokasi pantai, mereka pun bertanya kepada sejumlah anak-anak. Setelah mendengar penjelasan anak-anak itu, para mahasiswa kemudian memberikan hadiah permen kepada anak-anak. Warga yang kemudian melihat hal itu rupanya salah paham sehingga hampir menghakimi mahasiswa," beber Hans.

Terkait isu tersebut, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda NTT AKBP Agus Santosa mengatakan, isu yang disebarkan oleh orang yang tidak bertanggung jawab tersebut tidak benar. "Itu tidak benar sehingga saat ini pihak kepolisian sudah melakukan langkah-langkah dengan menerjunkan intel untuk menyelidiki isu tersebut. Selain itu juga, para babinkamtibmas di tiap desa sudah diturunkan untuk memberikan rasa tenang dan aman kepada masyarakat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com