"Kata temannya, anak saya duduk di kursi yang dekat pintu," ujar Giman (48), ayah Muhammad Ikhwan, saat ditemui di Ruang Jenazah RS Sarjito Yogyakarta, Senin (13/10/2014) siang.
Menurut Giman, Ikhwan memilih duduk di dekat pintu karena dia akan turun di titik pertama, yakni Yogyakarta. Sementara teman-teman lainnya baru akan turun di Cilacap.
"Ikhwan kan kosnya di Depok, Sleman, jadi turun paling awal. Biar tidak mengganggu lainnya kalau keluar, dia duduk di dekat pintu," ucap Giman. "Saya tadi lihat, wajah anak saya lebam-lebam. Lalu ada satu luka bekas tusukan di ulu hati," kata Giman.
Menurut Giman, selama ini anaknya yang berusia 19 tahun itu adalah seorang penurut. Bahkan, dari kecil sampai kuliah di UIN, dia tidak pernah berkelahi atau berurusan dengan kekerasan.
Lebih lagi, Giman pun merasa bahwa anaknya bukan penggemar fanatik sepak bola. Ikhwan lebih suka bermain bulu tangkis. Namun, memang pernah satu kali Giman bersama adik-adiknya menyaksikan PSCS bertanding di Cilacap.
Giman berharap polisi dapat mengusut tuntas pelaku penyerangan bus suporter PSCS yang menyebabkan putranya tewas. "Harapan saya ini yang terakhir, jangan ada lagi. Polisi harus mengusut tuntas para pelakunya," tegas dia.
Diberitakan sebelumnya, bus yang ditumpangi puluhan suporter PSCS Cilacap, Minggu (12/10 /2014) malam, diserang oleh sekelompok orang bercadar di Jalan Solo, tepatnya di depan lapangan Parkir Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta. Akibat penyerangan itu, satu orang suporter meninggal dunia dan beberapa orang mengalami luka-luka akibat sabetan pedang serta lemparan batu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.