Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kepala Proyek Pemugaran Terlibat Gestapu, Makam Dokter Tjipto Terbengkalai

Kompas.com - 12/08/2014, 09:16 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

AMBARAWA, KOMPAS.com — Makam pahlawan dokter Tjipto Mangunkusumo di Ambarawa, Jawa Tengah, saat ini mulai mendapat perhatian publik. Sejumlah tokoh setempat mengusulkan pembuatan patung dokter Tjipto sebagai salah satu simbol sejarah Kota Ambarawa.

Banyak fakta menarik ketika Kompas.com mengunjungi makam yang terletak di TPU Watu Ceper, Kelurahan Kupang, Kecamatan Ambarawa, Jawa Tengah, itu, Senin (11/8/2014) siang.

Di antara puluhan makam trah Mangoenkoesoemo itu, makam dokter Tjipto beserta istrinya, Siti Aminah (yang bernama asli Marie Vogel), mungkin paling menonjol. Sebab, kedua makam itu terbuat dari batu alam dan berwarna hitam.

Menurut penuturan salah satu juru kunci makam Mangoenkoesoemo, Rosalia Suwarsinah (70), penggunaan batu sebagai pusara dokter Tjipto didasari dari wasiat beliau sewaktu masih hidup.

"Yang menjadi pembeda makam dokter Tjipto dan istrinya dengan yang lainnya, pusara dibuat dari batu. Dulu Pak Tjipto berwasiat, pusaranya jangan dibuat dari marmer, tetapi dari batu saja," kata Suwarsinah.

Selain itu, di dua makam tersebut juga terdapat relief wajah dokter Tjipto memakai belangkon. Sebuah tulisan aksara Jawa yang berbunyi "Rawa-rawe rantas, malang-malang putung" juga menghiasi dinding pusara.

Namun jika diperhatikan, relief yang terpasang di dinding pusara itu tampak belum sempurna. Ada bagian-bagian yang belum terpasang sehingga terlihat asimetris. "Dulu konsepnya seluruh bangunan di areal makam dibuat dari batu dan ada reliefnya," ujar dia.

Mengenai hal ini, Suwarsinah mengakui, pembuatan pusara makam dokter Tjipto itu sebenarnya belum rampung. Sebab, kepala proyek pemugaran ditangkap aparat karena diduga terlibat dalam Gerakan 1 Oktober (Gestok) atau Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu).

"Batu-batu berelief sudah siap dipasang, tetapi kepala (proyek), Joni Sutrisno, ditangkap Gestok dan meninggal dunia, hingga terbengkalai. Batu-batunya juga akhirnya pada hilang," tutur dia.

Terlepas dari itu, Suwarsinah yang merupakan generasi kedua dari juru kunci makam keluarga Mangoenkoesoemo itu berharap agar makam dokter Tjipto dapat dijadikan tempat tujuan ziarah saat hari-hari kemerdekaan atau berkaitan dengan kebangkitan nasional ataupun pendidikan. Dengan demikian, generasi muda masa kini dapat lebih mengerti nilai-nilai perjuangan para pahlawan dalam mewujudkan kemerdekaan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com