Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 09/08/2014, 19:56 WIB
Kontributor Bengkulu, Firmansyah

Penulis


BENGKULU, KOMPAS.com
- Ketua DPD I Hizbut Tahrir Bengkulu, Septri Widiono, menyebutkan pihaknya tegas menolak konsep negara Islam dan sistem kepemimpinan umat atau khilafah dari Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS). Secara tegas, Hizbut Tahrir menolak deklarasi negara Islam oleh ISIS pada awal Ramadhan lalu.

Menurut Septri, khilafah yang sesuai dengan tuntutan Nabi Muhammad SAW, yakni bukanlah dengan cara mengangkat senjata dan kebencian terhadap manusia dan institusi negara.

"Menegakkan khilafah yakni dengan cara dakwah Hujjah alasan, bukti keterangan (hujjah), Hizbut Tahrir menolak cara-cara ISIS," kata Septri, Sabtu (9/8/2014).

Menurut dia, cara mendirikan negara Islam berdasarkan tata cara Nabi saat Nabi Muhammad SAW ditunjuk menjadi pemimpin di negara Madinah itu harus memenuhi empat kriteria.

Pertama, tempat atau wilayah berdirinya khilafah itu harus independen dan otonom terutama secara politik luar negeri. Artinya negara tersebut tidak berada dibawah kendali negara kuat.

"Kita tahu Irak itu merupakan wilayah perebutan ladang minyak Amerika," tegasnya.

Kedua, keamanan wilayah tempat deklarasi itu tidak penuh dengan konflik. Baik itu sesama Mujahidin maupun diluar Muslim. Irak saat ini kemanannya dalam kondisi labil.

Ketiga, harus menjalankan hukum Islam secara menyeluruh, tidak saja bidang pidana tetapi ekonomi, pendidikan, sosial bahkan pengelolaan media massa.

Keempat, orang yang diangkat sebagai khalifah itu harus memenuhi syarat yakni Muslim, adil, dewasa, berakal, merdeka, mampu atau memenuhi syarat.

Septri berharap penolakan terhadap ISIS selama ini tidak akan berujung pada penolakan terhadap khilafah dalam arti sebenarnya karena menurut Hizbut Tahrir, khilafah merupakan kewajiban dan tidak bertentangan dengan UUD 1945.

Selain itu, dia menantang jika ada tokoh yang menghubung-hubungkan Hizbut Tahrir dengan ISIS maka pihaknya siap untuk membuka ruang diskusi secara terbuka dan transparan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com