Rata-rata, pelajar itu mempunyai kewajiban harus pulang ke rumah pada pukul 21.00 WIB. Jadi, mereka hanya bisa melayani pelanggan pada siang, sore, atau malam hari. Yang penting tidak lebih dari pukul 21.00 WIB.
Beberapa pelajar yang sempat diperiksa petugas bahkan mengaku pernah mengorbankan sekolahnya. Karena ada pelanggan, mereka sampai nekat bolos.
"Ada juga yang pamitan les ke orangtuanya saat ada bookingan sore atau agak malam. Yang jelas, semua orangtuanya tidak tahu," ujar AKP Hendry, penyidik Unit Asusila.
Lain dengan mahasiswa atau model. Mereka punya waktu lebih banyak, bahkan sampai bisa tengah malam untuk melayani tamu atau pelanggan.
Beberapa wanita biasanya langsung ke hotel untuk menemui dan melayani tamunya. Tetapi, ada juga yang biasa diajak nongkrong atau dugem terlebih dulu sebelum masuk ke hotel.
Dalam pemeriksaan, dua germo tersebut mengaku sudah beroperasi selama empat bulan. Namun, polisi menduga bahwa mereka sudah lama menjalankan bisnis haram tersebut, diperkirakan lebih dari setahun.
Bisnis prostitusi ini tergolong kelas atas. Tarifnya pun beragam, paling murah Rp 750.000 sekali pakai. Ada yang sampai Rp 3 juta hanya untuk sekali pesan (baca: Bisnis Seks via Internet, Model Biasa Dipesan Kalangan Kelas Atas).
Dari tarif yang telah ditentukan, setiap kali ada pria hidung belang yang booking, ada perjanjian bagi hasil antara germo dan si perempuan yang melayani pelanggan. Biasanya, 25 persen untuk "mami" dan 75 persen untuk si perempuan. Namun, tarif ditentukan oleh sang "mami".
Menurut para mucikari ini, para pelajar dan mahasiswi mudah dirayu dengan gadget dan gaya hidup mewah (baca: Model dan Mahasiswi Mau Dijual karena Tergiur "Gadget" dan Hidup Mewah).
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.