Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Elpiji Digantikan Gas Metan dari Tumpukan Sampah

Kompas.com - 05/06/2014, 16:12 WIB
Kontributor Banyuwangi, Ira Rachmawati

Penulis

BANYUWANGI, KOMPAS.com - Instalasi sederhana yang terbuat dari pipa paralon terlihat berjejer rapi di gundukan Tempat Pengelolaan Akhir (TPA) sampah di Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, yang menampung seluruh sampah dari 24 kecamatan di wilayah Banyuwangi.

Pipa paralon tersebut berfungsi untuk menyalurkan gas metan yang keluar dari gunungan sampah yang telah ditutup tanah. "Tumpukan sampah yang digunakan berada di zona tidak aktif. Tingginya sudah hampir tujuh meter. Pipa parolon di tanam ke dalam tumpukan sampah lalu disalurkan ke tempat penampungan. Gas nanti akan menuju ke sistem yang memisahkan gas dengan air. Gas-nya yang disalurkan pada pipa utama ke rumah warga untuk dijadikan bahan bakar alternatif," kata Ahong Lee, petugas TPA Bulusan, Kamis (5/6/2014).

Ahong menjelaskan, gas metan tersebut sudah bisa difungsikan untuk memasak dan sudah disalurkan ke beberapa warga yang berada di sekitar TPA. "Ada beberapa rumah yang menggunakan gas metan menggantikan elpiji. Dan tentunya ini bisa menghemat pengeluaran rumah tangga mereka, karena nggak perlu pake elpiji kalau memasak," kata dia.

Pemanfaatan gas metan tersebut sudah berlangsung sekitar dua tahun. "Kami masih melakukan pengembangan agar bukan hanya warga tetangga sini saja yang menikmati tapi bisa satu RT atau satu kampung sini, sehingga mampu memenuhi kebutuhan memasak ratusan kepala keluarga," kata dia.

Menurut Ahong, gas Metan merupakan salah satu gas yang berbahaya karena merupakan salah satu efek rumah kaca yang menyebabkan global warming. "Dengan menjadikan gas metan sebagai sumber energi alternatif, gas ini bisa mengurangi dampak pencemaran lingkungan akibat penumpukan sampah dan mengurangi wilayah untuk penampungan sampah," tambahnya.

Dikunjungi ibu-ibu
Sementara itu, dalam rangka memperingati hari lingkungan hidup yang jatuh pada 5 Juni, belasan ibu-ibu yang tergabung dalam gerakan "Merdeka dari Sampah" mengunjungi TPA Bulusan.

Mereka mempelajari cara kerja penggunaan gas metana. Bahkan, mereka juga mencoba memasak dengan menggunakan gas yang keluar dari tumpukan sampah. "Enggak ada baunya dan rasa tempe gorengnya sama aja sama yang di rumah," kata Ibu Komang.

Ia mengaku terkejut dengan bahan bakar yang bisa dihasilkan dari sampah karena selama ini ia dengan ibu-ibu di sekitar rumahnya hanya belajar memilah sampah dan memanfaatkan sampah untuk dijadikan kerajinan tangan.

"Biasanya bungkus kopi instan yang dimanfaatkan untuk buat tas atau bunga. Ini seperti tas yang saya pakai," kata dia sambil menunjukkan tas tangan miliknya yang dibuat dari bekas bungkus kopi instan.

"Nggak nyangka aja. Kalau seandainya ini bisa dipraktekkan di lingkungan rumah lumayan ngirit nggak perlu beli elpiji," kata dia.

Komang mengaku sengaja datang mengunjungi TPA Bulusan untuk memperingati hari Lingkungan Hidup yang jatuh pada 5 Juni. "Hal ini kami lakukan agar masyarakat terutama ibu-ibu bisa memanfaatkan sampah untuk hal-hal yang bermanfaat. Jadi bukan hanya menghasilkan sampah tapi juga mengelolanya. Siapa tau ilmu yang kami dapatkan di sini bisa dipraktekkan di lingkungan sekitar kami," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com