Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dulu Urat Nadi Transportasi, Sekarang Jadi Fondasi Rumah, Jembatan, dan Tempat Bercocok Tanam

Kompas.com - 22/05/2014, 07:14 WIB
KOMPAS.com -- GURATAN sejarah nyaris hilang dan terbengkalai di Stasiun Ciwidey, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jalur kereta api Bandung-Ciwidey, yang dulu merupakan urat nadi angkutan umum hasil bumi, kini sudah berubah menjadi fondasi rumah, jembatan penyeberangan sungai, hingga tempat bercocok tanam.

Jalur kereta ini sudah menyatu dengan kawasan permukiman warga. Di Kampung Cimuncang, Kecamatan Ciwidey, misalnya, jalur setapak sudah mengular tepat di samping rel. Lalu, rel itu sendiri sudah menjadi fondasi, jalan masuk ke pekarangan, dan tempat bercocok tanam. Rel yang sama juga sebagian berubah fungsi menjadi jembatan penyeberangan sungai, dengan pembetonan.

Namun, masih ada sebagian instalasi kereta yang tak diusik warga di sisi lain Stasiun Ciwidey. Bandul wesel setinggi lutut yang berfungsi sebagai pemindah jalur kereta merupakan sedikit alat yang masih selamat. Ada pula instalasi pemutar lokomotif, yang sekalipun berkarat, "hanya" berubah fungsi menjadi tempat warga menjemur pakaian.

Stasiun Ciwidey sekarang terlihat suram dan terbengkalai. Dindingnya sudah penuh coretan cat. Bangunan besar di kompleks stasiun sudah berubah menjadi "garasi umum" untuk kendaraan warga.

Berdiri sejak 1923

Stasiun Ciwidey dibangun pada 1923, menjadi stasiun terakhir rute kereta Bandung-Ciwidey. Saat itu, Stasiun Ciwidey adalah penghubung pertama kawasan Bandung Selatan ke pusat kota Bandung, menjadi akses utama warga dari Ciwidey ke Kota Bandung.

Selain mengangkut penumpang, jalur kereta di rute ini juga menjadi tumpuan angkutan kayu dan hasil bumi. Namun, titik balik mulai terjadi pada 1972. Pada tahun itu terjadi kecelakaan atas rangkaian kereta pengangkut kayu di rute ini.

Dengan alasan kecelakaan tersebut dan rute ini dianggap tak menguntungkan, jalur kereta Bandung-Ciwidey perlahan tak aktif dan kemudian tutup pada 1982. Baru pada Selasa (20/5/2014), penelusuran aset kembali dilakukan PT Kereta Api Indonesia di sepanjang bekas rute kereta ini.

Stasiun Ciwidey memiliki luas 3.600 meter persegi. Lokasinya sekarang masuk wilayah administrasi Kampung Cimuncang, Desa Ciwidey. Di luasan lahan tersebut, sekarang berdiri 300 rumah, dengan para warga sudah tinggal di sana selama puluhan tahun.

Harapan warga

Salah satu warga, Adah Mahmudin (57), mengatakan, area di sekitar Stasiun Ciwidey memang sudah menjadi permukiman warga, toko, garasi, dan gudang. Kantor stasiun pun menjadi gudang perabotan. "Banyak yang sudah jadi rumah. Rumah pak lurah juga ada, pas di atas rel kereta," ujarnya.

Ada juga Ayi Cahyana, warga RT 02 RW 08. Ia membicarakan harapan-harapannya jika warga harus pindah dari tempat tinggal mereka yang merupakan lahan milik PT KAI. Di RW 08 saja, lahan PT KAI ditempati 80 kepala keluarga.

Salah satu harapan Ayi, PT KAI tak melakukan penertiban secara mendadak. Ia mengatakan, warga butuh tiga hingga empat tahun untuk pindah dari sana.

"Kami bersedia pindah. Ini kan punya pemerintah. Tapi masyarakat diberi arahan, setelah pindah bagaimana dan ke mana. Harapan kami juga ada bantuan dari pemerintah," tutur Ayi.

(Rhea Febriani Tritami/Sugiyarto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com