Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Ancaman Krisis Listrik tetapi Investor Tak Juga Minati Energi Terbarukan

Kompas.com - 30/04/2014, 03:40 WIB
Kontributor Ungaran, Syahrul Munir

Penulis

UNGARAN, KOMPAS.com — Krisis energi listrik di Jawa Tengah diperkirakan akan terjadi pada 2017. Upaya pemerintah membangun industri kelistrikan dari energi terbarukan terbentur keterbatasan anggaran dan minimnya minat investor.

Di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, misalnya, pengembangan energi terbarukan sudah pernah dilakukan untuk panas bumi, tepatnya di kompleks Candi Gedongsongo, Kecamatan Bandungan. Selain itu, pernah pula dilakukan, penelitian tentang pemanfaatan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di Desa Jatirunggo, Kecamatan Pringapus. Namun, kedua upaya itu kandas karena tidak ada investor yang serius meminatinya.

Wakil Bupati Semarang Warnadi mengatakan, Pemerintah Kabupaten Semarang sangat mendukung rencana pembuatan peraturan daerah (raperda) inisiatif tentang pengelolaan energi oleh Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Keberadaan peraturan daerah tesebut akan mempertajam pengelolaan energi terbarukan yang selama ini belum maksimal.

“Jadi memang perlu diatur pengembangan energi alternatif untuk menanggulangi krisis energi,” kata Warnadi, Selasa (29/4/2014) siang. Selain panas bumi dan tenaga surya, ujar dia, di wilayahnya banyak terdapat potensi lain energi terbarukan, di antaranya mikrohidro dan sisa sampah di TPA.

“Kami sebenarnya punya potensi mikrohidro di Sungai Tuntang. Sudah ada satu pembangkit. Sebenarnya bisa dibuat satu lagi untuk menambah suplai listrik," imbuh Warnadi. Dia berharap, pemerintah pusat turut memfasilitasi pembangunan energi terbarukan di Kabupaten Semarang. “Semestinya pemerintah pusat bersungguh-sungguh dengan mencarikan investor yang bagus dari sisi kemampuan, keuangan, peralatan, teknologi, dan SDM-nya,” harap Warnadi.

Sementara itu, dosen Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Hermawan, menjelaskan bahwa energi surya punya potensi untuk menambah kapasitas penyediaan listrik di Indonesia karena posisi geografis Indonesia di garis khatulistiwa yang mendapatkan banyak sinar matahari.

“Potensi surya kita cukup lumayan. Produksi tenaga listrik model fotovoltaik sebenarnya bisa menambah kapasitas listrik, tetapi tergantung luasan panel surya yang dipasang. Sebenarnya, pemanfaatan fotovoltaik sudah diatur dalam Peraturan Direksi PT PLN. Namun, aplikasinya banyak kendala karena komponennya dari luar negeri sehingga untuk membuatnya masih mahal,” papar Hermawan.

Banyak manfaat penggunaan tenaga surya tersebut, sebut Hermawan, yakni mengurangi pemakaian listrik yang berasal dari PLN, serta dapat menurunkan temperatur di dalam ruangan. Bahkan, bila terjadi kelebihan listrik, imbuh dia, maka itu dapat dijual ke PLN. “Memang banyak kendala untuk membuatnya, tetapi perlahan kita harus menuju ke situ. Yang perlu dilakukan pemerintah saat ini adalah mendorong tumbuhnya industri fotovoltaik sehingga biayanya bisa murah."

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com