Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamis Putih ala Portugis di Noemuti, NTT

Kompas.com - 17/04/2014, 16:06 WIB
Kontributor Timor Barat, Sigiranus Marutho Bere

Penulis


KEFAMENANU, KOMPAS.com - Kamis Putih bagi umat Katolik di seluruh dunia menjadi bagian dari hari raya pekan suci yang setiap tahunnya selalu dirayakan untuk mengenang kembali wafatnya Yesus Kristus.

Kamis putih pun dirayakan di setiap tempat dengan cara berbeda pula. Tak terkecuali perayaan paskah di Kote, Kelurahan Noemuti, Kecamatan Noemuti, Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU), Nusa Tenggara Timur (NTT).

Warga di daerah itu merayakan paskah ala Portugis dengan sebutan Kure. Perayaan Kamis Putih, prosesinya oleh warga setempat dinamakan Taniu Uis Neno (memandikan patung-patung dan salib suci yang berasal dari Portugis), yang merupakan ritual pembersihan dan penyerahan diri kepada Sang Khalik sekaligus ungkapan rasa syukur atas nikmat dan berkat yang diperoleh dalam satu tahun perjalanan hidup.

Dalam ungkapan kebersamaan "nek mese ansaof mese" (satu pikiran satu hati), semua rumpun suku tiap "Ume Mnasi" (Rumah Tuhan) (terdapat 29 Ume Mnasi), ditandai dengan upacara pembersihan patung reliji, salib atau benda devosi.

Selain itu, ada pengumpulan persembahan hasil usaha berupa buah-buahan di Ume Mnasi oleh tiap anggota suku Ume Mnasi atau dalam bahasa setempat disebut "Bua Pa", dan pengumpulan buah-buahan ke Ume Mnasi lainnya yang memiliki ikatan kekerabatan (Bua Loet).

Tiga orang Pewaris Ume Mnasi, masing-masing Alekxander Kosat (Ume Tune), Fabi Romea dan Viktor Manbait (Ume Ken Uf) kepada Kompas.com, Kamis (17/4/2014) mengatakan, air dari hasil pembersihan patung-patung religi itu digunakan untuk membasuh wajah, kaki dan tangan sebagai lambang pembersihan diri dan membawa kedamaian.

"Cara membersihkan benda-benda suci itu dengan memakai air dan minyak serta alat yang digunakan untuk membersihkan, yakni ampas dari tebu serta kapas. Kemudian sisa air yang digunakan untuk membersihkan benda suci dipakai untuk membasuh wajah, tangan dan kaki setiap anggota suku," jelas Aleksander diamini Fabi dan Viktor.

Jalannya ritual

Seperti yang disaksikan Kompas.com, ritual itu diawali sejak pukul 07.00 Wita, di mana petugas membunyikan lonceng sebagai tanda persiapan acara dimulai. Selanjutnya, seluruh petugas berdiri di depan gereja, kemudian "omong" adat oleh para tokoh adat, dilanjutkan pemberkatan oleh Pastur.

Setelah itu, para petugas pengambil air turun ke kali untuk mengambil air dan kembali ke gereja agar air itu diberkati oleh Pastur. Kemudian, mereka kembali ke Ume Mnasi untuk memandikan semua benda suci.

Tradisi Kure itu sudah ada sejak tahun 1916 yang dibawa oleh imam Katolik Fransiskan. Selain menyebarkan agama Katolik ke penduduk setempat, para misionaris asal Portugal itu juga menempatkan patung-patung kudus dan benda-benda devosional pada rumah-rumah adat Ume Mnasi yang ada di Kote-Noemuti.

Penempatan benda kudus itu diikuti pula dengan sebuah tradisi penumbuhan iman melalui doa bergilir dari satu rumah adat ke rumah adat Ume Usi Neno (Rumah Tuhan). Itulah yang disebut Kure. Sampai saat ini, tradisi Kure masih dipertahankan oleh anak cucu dari suku-suku yang ada di Kote.

Anda tertarik untuk mengunjungi Kote dan melihat langsung budaya Kure, silakan datang sendiri dan menyaksikan prosesi yang mulai berlangsung dari Rabu (16/4/2014) sampai Senin (21/4/2014) mendatang itu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com