Menurut seorang penyedia jasa rakit di kawasan itu, Muhtakrudin (36), kawasan itu memang menjadi langganan banjir di musim hujan karena luapan air dari sungai Krueng Woyla. "Setiap tahun memang banjir di jalan ini, karena jalan lebih rendah dari sungai. Padahal sudah dibuat drainase di pinggir jalan kiri kanan, tapi tetap banjir," katanya kepada Kompas.com, Rabu (11/12/2013).
Genangan banjir di badan jalan sepanjang satu kilo meter di Desa Ateung Teupat Lintas Kecamatan ini sudah terjadi sejak tiga hari yang lalu, Minggu (8/12/2013). Pada hari pertama, ketinggian air bahkan mencapai 1 meter. "Sekarang sudah agak surut," kata Muhtakrudin.
Jalan tersebut merupakan penghubung utama tiga kecamatan, yakni Kecamatn Woyla, Woyla Barat, dan Woyla Timur. "Ada jalan lain, tapi tidak bagus dan harus lewat gunung, jadi jauh," lanjut Muhtakrudin.
Dia menambahkan, ongkos rakit untuk sepeda motor Rp 15.000. "Ada juga yang bayar Rp 10.000. Tapi kalau anak sekolah tidak kami minta bayar," katanya.
Sejak banjir melanda tiga hari lalu, terdapat empat rakit jasa penyeberangan. Mereka menunggu pengguna sejak pagi hingga sore hari. Satu rakit dikerjakan oleh dua orang. Satu orang menarik dari depan dan seorang lagi mendorong. "Kalau banyak yang lewat, sehari kami bisa dapat Rp 300.000. Itu dibagi dua," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.