Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mahasiswa Demo Mahfud MD, Rektor Minta Maaf

Kompas.com - 02/09/2013, 17:29 WIB
Kontributor Malang, Yatimul Ainun

Penulis


MALANG, KOMPAS.com — Rektor Universitas Kanjuruhan (Unikan) Malang, Jawa Timur, meminta maaf kepada Mahfud MD karena mahasiswanya mendemo menolak kehadiran Mahfud MD hadir dalam acara yang digelar di kampus setempat.

"Saya atas nama Rektor Universitas Kanjuruhan Malang memohon maaf kepada Bapak Mahfud MD atas demo mahasiswa yang menolak kehadirannya mengisi acara Sarasehan Nasional. Sekali lagi saya mohon maaf," jelas Rektor Unikan Pieter Sahertian kepada Kompas.com, Senin (2/9/2013).

Seperti diberitakan, Mahfud MD dijadwalkan menghadiri acara Sarasehan Nasional pada Sabtu (31/8/2013) lalu yang digelar oleh Ikatan Keluarga Besar Alumni (Ikaba) Universitas Kanjuruhan, Malang. Sehari sebelum acara digelar, Jumat (30/8/2013), puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Peduli Kampus (AMPK) menggelar demo menolak kedatangannya.

Mereka menolak Mahfud MD dengan alasan kampus Unikan bukan tempat konsolidasi politik, sementara mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu sudah santer diberitakan akan mencalonkan diri sebagai presiden RI.

Lebih lanjut, Pieter Sahertian mengatakan, Mahfud MD jelas merasa tersinggung dengan demo mahasiswa tersebut. "Padahal, Pak Mahfud hanya ingin memberikan pencerahan hukum positif yang ada di Indonesia. Penolakan mahasiswa terhadap Pak Mahfud MD tidak jelas alasannya," katanya.

Pieter Sahertian mengaku pihaknya cukup memahami kondisi pemikiran mahasiswa yang masih berjiwa muda. "Masih jiwa muda biasa. Perbedaan pendapat antarmahasiswa juga hal yang biasa," katanya.

Ditanya soal kebenaran kabar bahwa pihak kampus akan memberikan sanksi drop out (DO) kepada mahasiswa yang menggelar demo, Pieter Sahertian menegaskan, ancaman DO hanya isu semata. "Sanksi DO hanya isu. Sangat tidak benar isu itu. Mereka adalah mahasiswa kita semua, tidak benar jika akan di-DO," tegasnya.

Selain itu, menyikapi soal kasus tawuran antara mahasiswa dan Resimen Mahasiswa (Menwa) di kampus setempat, pada Minggu (31/8/2013) sore, kasus tersebut tidak ada hubungannya dengan kampus dan demo menolak Mahfud MD.

"Terjadinya tawuran itu persoalan pribadi. Seharusnya tidak sampai tawuran. Harus diselesaikan secara pribadi dan damai. Tidak harus dengan tawuran," katanya.

Pada kesempatan itu, Sahertian juga membantah isu yang menyebut bahwa rektorat akan membubarkan BEM. "Kabar akan membubarkan BEM itu tidak benar dan fitnah. Membekukan tidak ada, apalagi rencana membubarkan BEM," akunya.

Saat ini situasi di Universitas Kanjuruhan, tambahnya, sudah kondusif. "Perkuliahan sudah berjalan efektif. Situasi sudah kondusif. Rektorat sudah tidak ada masalah lagi dengan mahasiswa. Sudah diselesaikan secara musyawarah," akunya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com