Bendera merah putih hanya terlihat di beberapa perkantoran saja. Sementara, gambar cagub Jatim, setiap satu meter dan setiap ada pohon di pinggir jalan hampir pasti terpampang gagah pasangan cagub Jatim ataupun gambar caleg.
Situasi ini pula yang membuat Suraji (84), salah satu pejuang Sabilillah di Pamekasan, berlinang air matanya setelah mengikuti upacara detik-detik Proklamasi di lapangan Pendopo Ronggosukowati, Pamekasan.
"Mengibarkan bendera merah putih sudah bukan kebanggaan akhir-akhir ini, padahal negeri ini merdeka dengan banyak pengorbanan," ungkap Suraji, Sabtu (17/8/2013).
Kakek yang sudah mulai dilanda berbagai penyakit ini mengaku prihatin dengan tidak pedulinya generasi muda terhadap kemerdekaan. Walaupun hanya sekadar mengibarkan bendera.
"Saya heran kenapa lebih banyak gambar cagub dan caleg, tetapi bendera sedikit dan gambar para pahlawan yang merebut bangsa ini kembali dari penjajah sama sekali tidak ada," imbuhnya.
Pria yang sudah memiliki 4 cicit ini mengenang perjuangannya saat mengusir penjajah di bumi Pamekasan, tepatnya saat agresi militer kedua. Di depan Masjid Assyuhada Pamekasan, ratusan pejuang Sabilillah yang dipimpin para ulama mati bersimbah darah karena terkena peluru tentara Belanda.
"Jika generasi sekarang tahu bagaimana semangat pejuang mengusir penjajah, tentu tidak akan meremehkan makna kemerdekaan," tandasnya.
Padahal, ujar Suraji, saat ini sudah tidak kekurangan sesuatu apa pun dan semuanya serba mudah karena perjuangan para pahlawan. Yang tidak dimiliki generasi sekarang yakni jiwa nasionalisme.
Generasi saat ini lebih suka senang-senang, tidak menghormati yang tua dan gampang melupakan sejarah. "Saya tidak tahu di mana dan apanya yang salah sehingga situasi saat ini banyak berubah ketimbang dulu," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.