"PUP yang kami bangun seluas satu hektar dan berada dalam salah satu hutan terbaik yang ada di Indonesia saat ini," ujar Kepala Laboratorium Konservasi Biodiversitas Unsrat Dr John Tasirin yang juga memimpin ekspedisi, pekan lalu.
Selama empat hari, sepuluh mahasiswa dari Program Studi Ilmu Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Unsrat Manado, dan empat mahasiswa dari Universitas Muhamadiyah Gorontalo memetakan 100 blok yang ada dalam PUP. "Berbagai pengukuran parameter terkait dengan jenis pohon yang tumbuh dalam plot tersebut kami lakukan," kata Fataha Mahmud, salah satu mahasiswa yang mengikuti ekspedisi.
Tasirin menambahkan bahwa PUP merupakan sarana untuk pemantauan serta pengumpulan data pertumbuhan dan hasil tegakan pohon. Dari hasil data-data tersebut berbagai analisis bisa dikembangkan, seperti dinamika jumlah pohon dari waktu ke waktu.
"Oleh karena itu, selama di Nantu kami mengukur parameter pohon, seperti diameter batang, tinggi tegakan, serta membawa sampel daun ke laboratorium untuk dianalisis dan diidentifikasi," kata Tasirin.
Dipilihnya hutan Nantu karena hutan tersebut merupakan ikon terpenting hutan di Indonesia, bahkan dunia, yang menyimpan keanekagaraman hayati tinggi. Saat ini Nantu merupakan satu dari hanya beberapa saja wilayah hutan yang masih utuh di Sulawesi.
"Namun, kita juga tidak bisa menutup mata bahwa di sekitar kawasan hutan Nantu, praktik illegal logging bahkan penambangan emas liar masih terus berlangsung," jelas Tasirin.
Tindakan penyelamatan demi kelestarian hutan yang di dalamnya terdapat berbagai flora dan fauna endemik Sulawesi itu perlu segera dilakukan. Pembangunan PUP merupakan salah satu cara untuk terus melestarikan hutan Nantu.
"Setelah kami memplot studio alam tersebut, berbagai penelitian lanjutan bisa dilakukan di area tersebut. Siapa saja akademisi yang ingin melakukan penelitian terkait dengan keanekaragaman hayati dapat memanfaatkan PUP yang kami telah bangun," papar Tasirin.
Ekspedisi Jantung Hayati Sulawesi merupakan bagian dari program Konservasi Biodiversitas dari Laboratorium Konservasi Biodiversitas Program Studi Ilmu Kehutanan Unsrat. Penelitian ke Suaka Margasatwa Nantu yang dilakukan dari tanggal 8 hingga 14 Juni 2013 lalu merupakan salah satu langkah penting untuk menuju ke lokasi berikutnya.
"Jantung Hayati Sulawesi tidak hanya satu, tetapi terbentang mulai dari ujung Selatan di Pulau Salayar, melintasi khatulistiwa di teluk Tomini hingga ke Pulau Miangas di lepas pantai Pulau Luzon di Filipina. Di kawasan ini tersebar ribuan habitat alami dengan denyut hayati yang memukau," kata Tasirin.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.