SEMARANG, KOMPAS.com - Lahan produktif di Kota Semarang, Jawa Tengah (Jateng) tinggal 3.000 hektar atau 6 persen dari luas lahan Kota Semarang 37.380 hektar. Sedangkan, sawah lestari seluas 1.600 hektar.
Untuk itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang akan melakukan pendataan lahan tidur di Kota Semarang melalui kelurahan dan kecamatan.
Plt Kepala Dinas Pertanian Kota Semarang, Hernowo Budi Luhur mengaku, akan mengeluarkan surat edaran untuk mendata lahan-lahan yang tidak produktif.
"Kemudian juga melakukan pendekatan persuasif dengan pemilik lahan untuk menanam tanaman potensial," jelas Hernowo, Rabu (12/6/2024).
Baca juga: Banjir Rob, Solusi Rumah Apung Demak, dan Tantangannya...
Baca juga: Mengintip Kehangatan Kampung Perajin Peci di Kebumen, Warisan Budaya yang Terus Berkembang
Menurutnya, jika pemilik lahan memiliki kesulitan bisa berkonsultasi dan bertanya ke Dinas Pertanian atau UFC (Urban Farming Corner) atau di Balai Penyuluh Pertanian (BPP) yang ada di Ngaliyan, Mijen, Gunungpat,i dan Banyumanik.
Hernowo menyebutkan, upaya penanaman di lahan tidur memiliki tujuan dua hal.
Pertama, sebagai upaya mendorong ketahanan pangan lewat urban farming dan pertanian. Yang kedua, yaitu upaya konservasi tanah.
"Ini akan menjadi hal yang bermanfaat untuk masyarakat," katanya lagi.
Baca juga: Hujan Deras, Dua Lubang Diduga Sinkhole Muncul di Gunungkidul
Sementara itu, Camat Banyumanik, Eka Kriswati mengatakan, lahan tidur yang tidak digunakan tersebut kini sudah menjadi area urban farming dengan beragam sayur mayur yang lengkap dan tumbuh subur.
"Ini wujud kolaborasi yang diinisiasi oleh Karang Taruna termasuk Petani Milenial dan KWT yang menggerakkan anggotanya," kata Eka.
Dia mengaku, jika lahan tersebut merupakan lahan tidur yang selama beberapa tahun tidak difungsikan. Lahan itu merupakan tanah bengkok milik Pemerintah Kota Semarang.
"Kami menanam aneka sayur di lahan sekitar 70 meter persegi. Kemudian masih ada kolam ikan dan ada pengelolaan sampah atau Bank Sampah di area depan serta ada taman juga, sebagai edukasi untuk anak-anak kecil," imbuhnya.
Baca juga: Menilik Pilot Project Rumah Apung di Demak, Digadang-gadang Jadi Solusi Banjir Rob
Selama tiga bulan ini, kata Eka, Karang Taruna dan Petani Milenial serta KWT yang merawat tanaman dan sayuran di sana.
"Ada pembibitan, sampai proses komposting di sini. Dua bulan ini sudah menghasilkan sayur bayam, kangkung, sawi yang saat dipanen kami share ke grup PKK untuk ditawarkan dan dijual," terangnya.
Tak hanya itu, pihaknya juga menanam bawang merah yang tumbuh banyak dan subur.
"Lahan tidur ini punya pemkot. Kemudian ibu wali kota menggerakkan urban farming dan anak-anak Karang Taruna langsung antusias dan mengelolanya," jelasnya.
Baca juga: Cerita Warga Mondoliko Demak, Rumah Hancur Diterjang Banjir Rob, Kini Terpaksa Relokasi
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.