SUMEDANG, KOMPAS.com - Menjelang Idul Adha 1445 Hijriah, perajin tusuk sate, Solid Bamboo, yang berproduksi di Desa Cinanjung, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat kewalahan dalam memenuhi permintaan pasar.
Maklum, momen Idul Adha, tidak lepas dari tradisi nyate yang dilakukan masyarakat Indonesia pada umumnya.
Owner Solid Bamboo, Santoso Panoto (36), mengatakan, dalam sebulan mampu menghasilkan produksi sebanyak 6 ton tusuk sate.
Namun, menjelang Idul Adha ini, permintaan pasar naik lebih dari 100 persen.
"Dalam produksi tusuk sate ini, saya dibantu 14 pekerja. Dalam seminggu bisa menghasilkan 1-2 ton, sebulan rata-rata 6 ton."
"Tapi menjelang Idul Adha ini, kami kewalahan juga karena permintaan naik lebih dari 100 persen dari bulan biasa," ujar pria kelahiran Tangerang, 24 oktober 1988 kepada Kompas.com di tempat produksinya, Kamis (30/5/2024).
Lulusan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran (Unpad) tahun 2006 ini menuturkan, tusuk sate hasil produksinya telah terdistribusi ke hampir seluruh kota besar di Indonesia.
"Sudah ada distributor di daerah-daerah, paling jauh ke Tuban dan Kalimantan. Kami juga langsung mengirimkannya ke sejumlah rumah makan. Harganya, Rp 15.000 per kilogram," tutur suami dari Clara Septiani ini.
Baca juga: 5 Pasangan di Purworejo Menikah dengan Mahar Satu Tusuk Sate
Santoso menyebutkan, untuk menghasilkan tusuk sate dengan kualitas baik dan tahan lama, dibutuhkan waktu dan proses yang panjang.
"Tidak ada kendala, hanya, untuk menghasilkan kualitas yang baik butuh proses dan waktu cukup panjang. Sehingga, dengan dibantu 14 pekerja ini, produksi kami baru hanya 6 ton per bulan."
"Kalau soal bahan baku bambu yang digunakan, tidak ada masalah, karena bisa didapat mudah di tiap daerah di Jawa Barat," sebut Santoso.