JAMBI, KOMPAS.com - Pergelaran sastra tutur 'Senandung Jolo' dari Kabupaten Muaro Jambi yang dimainkan oleh 1.012 orang pelajar SMP meraih rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri).
Penghargaan rekor Muri itu diberikan secara langsung oleh Customer Relations Manager Muri Andre Purwandono kepada Penjabat Bupati Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah pada puncak acara Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) di Muaro Jambi, Kamis (2/5/2024).
"Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Muaro Jambi mendapat penghargaan rekor Museum Rekor Indonesia karena alat musik tradisional (tak benda -red) dibawakan oleh sebanyak 1.012 orang siswa dan siswi SMP se-Kabupaten Muaro Jambi," kata Pj Bupati Muaro Jambi Bachyuni Deliansyah dalam keterangan tertulisnya.
Baca juga: Kemenag Pecahkan Rekor Muri Usai Salurkan 1,5 Juta Bingkisan Ramadhan
Dia mengatakan, kegiatan yang digelar secara massal ini bertujuan untuk melestarikan budaya dan seni asli Muaro Jambi.
Bachyuni berharap seluruh generasi muda di Muaro Jambi juga dapat melestarikan budaya dan seni Senandung Jolo ini.
"Mudah-mudahan hal ini dapat dilestarikan dan jangan sampai hilang budaya ini," kata dia.
Customer Relations Manager Muri Andre Purwandono mengapresiasi Pemkab Muaro Jambi yang telah berpartisipasi dalam pemecahan rekor Muri ini.
Rekor ini, kata dia, berhasil mengangkat kembali seni budaya lokal dan menanamkan jiwa patriotisme kepada ribuan pelajar.
Senandung Jolo merupakan salah satu jenis seni vokal tradisional dari Kelurahan Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi.
Provinsi Jambi dikategorikan sebagai sastra tutur karena bentuk sajian berupa pantun diiringi alat musik gambang.
Baca juga: Gelar Hiburan Wayang Banjar 6 Malam Berturut-turut, Pemkab HST Cetak Rekor Muri
Munculnya kesenian Senandung Jolo berawal dari kebiasaan masyarakat dahulu yang sebagian besar bermata pencarian behumo (berladang) di hutan.
Gambang adalah alat musik sejenis perkusi yang terbuat dari beberapa bilah kayu.
Gambang ini sebagai instrumen pertama untuk mengiringi vokal dari sebuah pantun yang diciptakan serta gong juga instrumen pertama yang berfungsi sebagai pengiring dari vokal sebuah pantun Senandung Jolo tersebut.
Sesuai dengan perkembangan zaman, instrumen ini bertambah dengan menggunakan rebana siam dan gendang bermuka dua.
Penyajian Senandung Jolo ini digunakan pada saat berselang atau akan berlangsungnya perkawinan, pengukuhan adat pada hari-hari besar an berbagai acara formal lainnya di daerah tersebut.
Baca juga: Pecahkan Rekor MURI, Wakil Ketua Gerindra Sulsel Salah Baca Teks Sumpah Pemuda
Senandung Jolo saat ini sudah jarang didengar, yang disebabkan menurunnya minat dan kecintaan anak-anak terhadap kesenian itu.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Muaro Jambi Firdaus berharap, dengan melibatkan ribuan pelajar SMP bermain Senandung Jolo secara massal, dapat memberikan motivasi bagi siswa lainnya untuk mengembangkan dan melestarikan budaya lokal Jambi ini.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.