KOMPAS.com - Bela Cintia (14), siswa kelas 3 MTs Pilubang, Pariaman, Sumatera Barat, menjadi korban peluru nyasar hampi sebulan yang lalu.
Tembakan dari orang tak dikenal mengenai perut Bela. Hingga kini, proyektil peluru masih bersarang di perut Bela.
Keluarga telah membuat laporan ke Polres Pariaman pada Kamis (25/2/2024).
Penembakan terjadi saat Bela pulang sekolah berjalan kaki bersama tujuh orang rekannya.
Baca juga: Pelajar di Kendari Terkena Peluru Nyasar Saat Tidur, Korban Sudah Dioperasi
Saat sampai di kawasan Sungai Lawai Korong Balekok, Nagari Kuranji Hulu, korban mendengar suara dentuman di atas atap rumah milik warga bernama Samar.
Secara bersamaan, korban merasakan sakit di bagian perut sebelah kiri. Ia pun terjatuh dengan kondisi berdarah.
Pihak keluarga kemudian membawa anak kelima dari enam bersaudara itu ke Puskesmas Sungai Limau.
Lali ia dievakuasi ke RSUD Pariaman. Pada Jumat (26/2/2024), Bela menjalani operasi, tetapi proyektil yang bersarang di perutnya gagal dikeluarkan.
"Kata dokter, posisinya (peluru) berpindah-pindah. Sehingga tidak bisa dikeluarkan," ujar Leni, ibu Bela mengingat detail percakapan dokter di pagi yang menegangkan itu.
Baca juga: Kronologi Siswi SMP di Kendari Kena Peluru Nyasar Saat Tidur
Dokter sempat meminta persetujuan pada Lena untuk melanjutkan operasi dengan risiko akan terjadi pendarahan pada Bela.
Persetujuan itu tak diaminkan oleh Leni dan meminta saran dokter agar anak gadisnya selamat.
Dokter pun memilih tak melanjutkan operasi dan luka tembak di perut bagian kiri Bela ditutup kembali.
Selama lima hari pertama dengan peluru di perut, Bela tak bisa bergerak sedikit pun dan hanya berbaring di atas kasur.
Semua aktivitas makan, minum, buang air besar dan buang air kecil dilakukan dalam kondisi terlentang.
Baca juga: Pelajar SMP di Kendari Terkena Peluru Nyasar Saat Tidur di Kamar, Punggung Korban Terluka
Setelah enam hari lebih, Bela memberanikan diri untuk bangun, walau masih belum bisa beraktivitas normal.