UNGARAN, KOMPAS.com - Pemancar setinggi kurang lebih 70 meter yang berada di puncak 2 Gunung Merbabu, roboh. Pemancar tersebut berada di ketinggian 2.847 mdpl.
Pengelola Base Camp Thekelan Gunung Merbabu Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang Bungah mengatakan, kejadian tersebut pertama kali diketahui pendaki yang turun gunung.
"Awalnya sekitar dua minggu lalu, karena cuaca ekstrem ada pendaki yang turun. Namun dia tidak menyadari kalau pemancar roboh, tahunya dilepas oleh petugas," jelasnya, Kamis (21/3/2024).
Diketahui, cuaca ekstrem di kawasan puncak Gunung Merbabu berlangsung kurang lebih selama tiga hari berturut-turut.
"Karena itu tidak ada pendaki yang naik gunung, bahkan pendaki yang sudah ada di jalur, kita jemput untuk turun karena ini demi keselamatan bersama," kata Bungah.
"Di Pos 3 ada enam pendaki yang kena badai, kita paksa turun. Puluhan pendaki yang ada di sekitar Pos 2 juga berinisiatif turun kembali ke base camp. Sementara yang kita tahan di base camp, ada lebih dari 30 pendaki, tidak boleh naik karena cuaca tidak memungkinkan," katanya lagi.
Baca juga: Banjir Jakarta, Apa Itu Hipotermia dan Bagaimana Gejalanya?
Setelah cuaca cukup kondusif dan pendaki diperbolehkan naik, baru diketahui secara jelas bahwa pemancar di puncak 2 roboh karena cuaca ekstrem.
Meski roboh, lanjut Bungah, belum diambil tindakan terhadap besi-besi pemancar tersebut.
"Kita belum tahu siapa yang bertanggung jawab atau pemilik pemancar tersebut, koordinasi dengan pengelola Taman Nasional Gunung Merbabu," kata dia.
Baca juga: Banyak yang Kena Hipotermia di Dieng Culture Festival, Seperti Apa Gejalanya?
Menurut Bungah, karena robohnya pemancar tersebut saat cuaca ekstrem, sehingga tidak ada pendaki yang naik Gunung Merbabu.
"Kalau korban tidak ada, karena saat itu gunung sepi karena para pendaki ditahan di base camp tidak boleh naik karena cuaca," kata dia.
Bungah mengimbau para pendaki Gunung Merbabu untuk selalu waspada dan memerhatikan faktor cuaca.
"Jangan memaksakan diri, paling penting adalah keselamatan. Saat ini cuaca sedang ekstrem, lebih baik menunggu hingga kondusif," ungkapnya.
Baca juga: Peringatan Cuaca Ekstrem di Jateng Berlanjut hingga 21 Maret 2024, Berikut Daerah yang Terdampak
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.