Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terparah sejak 1992, Banjir Demak Rendam 13 Kecamatan, Ketinggian Capai 3 Meter, 25.000 Warga Mengungsi

Kompas.com - 20/03/2024, 15:40 WIB
Titis Anis Fauziyah,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Banjir di Kabupaten Demak, Jawa Tengah disebut terparah sepanjang masa.

Bahkan pada hari ini, Rabu (20/3/2024), banjir kian meluas hingga merendam 13 kecamatan atau 70 desa. Puluhan ribu warga pun terpaksa mengungsi karena rumahnya kebanjiran.

Kepala BPBD Kabupaten Demak, Agus Nugroho mengatakan, Kecamatan Karanganyar terendam banjir hingga ketinggian air sampai 3 meter.

Saat ini, seluruh warganya pun memilih untuk mengungsi.

"Banjirnya semakin tinggi dan semakin meluas hampir 13 kecamatan, kemarin 11 kecamatan sekarang desanya ada 70. Terdampak 97.000 warga, kalau pengungsi kurang lebih 25.000 ada yang di Kudus dan di Demak," ujar Agus saat rakor penanganan banjir di kantor Gubernur Jawa Tengah, Rabu (20/3/2024).

Baca juga: Banjir Demak Meluas, Warga Ramai-ramai Bendung Ruas Jalan

Baca juga: Jalan Protokol Kebanjiran, Ekonomi Demak Terancam Lumpuh

Status tanggap darurat

Pemotor mendorong sepeda motor yang mogok dampak banjir di Jalan Sultan Fatah Demak, Senin (18/3/2024) malam. KOMPAS.COM/NUR ZAIDI Pemotor mendorong sepeda motor yang mogok dampak banjir di Jalan Sultan Fatah Demak, Senin (18/3/2024) malam.

Agus menyebutkan, banjir kali ini lebih parah dibandingkan dengan banjir tiga dekade lalu, yakni pada 1992 silam. 

"Ini yang paling parah, kalau 1992 walaupun saya juga ngungsi tapi tidak separah ini. Ini nggak ada di Indonesia, sampai kita tiga kali mengeluarkan tanggap darurat," bebernya.

Menururtnya, dengan jebolnya 7 tanggul di Jawa Tengah turut memperparah banjir di Demak.

Kemudian tak kalah penting, kerusakaan lingkungan di daerah atas yakni Ungaran, Boyolali, Salatiga juga memperparah banjir di Demak.

"Demak ini unik, tidak ada hujan tidak ada angin, banjir. Mestinya kami ini mendapatkan perlakuan yang baik ketika daerah hulunya baik. Ini kan kerusakan alam yang ada di atas, alih fungsi lahan dan sebagainya ini kan mengakibatkan sungai kita rusak," jelasnya.

Baca juga: Saat Pengungsi Banjir Semarang Hanya Andalkan Mi Instan dan Telur untuk Survive

Hal ini menjadi penting mengingat Demak rentan menjadi korban kerusakan alam dari wilayah atas di wilayah Jawa Tengah. Sehingga upaya adaptasi dan mitigasi juga harus dilakukan dari akar masalah.

"DAS kita rusak, kalau sungai itukan menerima akibatnya saja, dampak dari penebangan hutan di atas. Pembuatan villa-villa hotel-hotel yang ada di atas itu kan juga dampaknya ke tempat kita," ungkapnya.

Lebih lanjut, pihaknya tak dapat memprediksi secara pasti banjir besar di Demak dapat berhenti kecuali sejumlah tanggul-tanggul sungai yang jebol diperbaiki.

"Belum tahu kapan (surut) karena tanggulnya belum tertutup," tandasnya.

Baca juga: Soal Banjir di Jawa Tengah, Modifikasi Cuaca Diperpanjang, Tanggul Jebol di Demak Mulai Digarap

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Pemkot Tangerang Raih WTP 17 Kali Berturut-turut, Pj Nurdin: Harus Koheren dengan Kualitas Pelayanan Publik

Regional
Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Rektor Laporkan Mahasiswa yang Kritik UKT, Unri Angkat Bicara

Regional
Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pakai Knalpot Brong

Ratusan Moge Mangkrak di Kantor Polisi, Disita dari Geng Motor dan Pakai Knalpot Brong

Regional
Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Ibu di Riau Coba Bunuh Anak Tirinya dengan Racun Tikus

Regional
Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Rodjo Tater di Tegal: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Datangi Gedung DPRD, Puluhan Tenaga Honorer Minta 4.222 Pegawai Diangkat Jadi ASN

Regional
BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

BPBD OKU Evakuasi Korban Banjir di 4 Kecamatan

Regional
Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Bos Kerajinan Tembaga di Boyolali Dibunuh Usai Hubungan Sesama Jenis, Ini Kronologi dan Motifnya

Regional
2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

2 Tersangka Pemalsuan Surat Tanah yang Libatkan Pj Walkot Tanjungpinang Ditahan

Regional
2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

2 Mobil Mewah Milik Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Bisnis BBM di Kalsel Disita

Regional
Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Pengerjaan Jalan di Purworejo Dikeluhkan Warga, DPUPR Sebut Proses Lama karena Ini

Regional
Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Gubernur Kepri Minta Malaysia Lepas Nelayan Natuna yang Ditahan

Regional
Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Banjir di Sumsel Meluas, Muara Enim Ikut Terendam

Regional
Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Bunuh Anggota Polisi, Remaja di Lampung Campur Racun dan Obat Nyamuk ke Minuman Korban

Regional
Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy 'Turun Gunung' pada 17 Mei 2024

Rayakan Tradisi Leluhur, 1.500 Warga Baduy "Turun Gunung" pada 17 Mei 2024

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com