Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjara Gajah di Tepi Kebun Karet Ban Michelin

Kompas.com - 21/02/2024, 11:14 WIB
Suwandi,
Reni Susanti

Tim Redaksi

JAMBI,KOMPAS.com – Mesin-mesin tenaga kuda melaju kencang di Sirkuit Mandalika. Sepanjang balapan Moto GP itu banyak pembalap berjatuhan. Namun Bagnaia beruntung. Cengkraman bannya begitu kuat, bahkan ketika melibas tikungan.

Pembalap Ducati, Francesco Bagnaia, menjadi pemenang balapan di Sirkuit Internasional Pertamina Mandalika pada Minggu (15/10/2023) itu. Dia menggunakan ban produk Michelin, hingga 2026 mendatang. Namun di balik produk ban berkualitas, ada gajah yang menderita.

Sekitar 1.784.5 kilometer di barat Mandalika, di Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi, pinggir Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), ada salah satu sumber bahan baku pembuatan ban Michelin.

Baca juga: Tanah Haram untuk Kawanan Gajah di Kebun Ban Michelin

Di sana membentang perkebunan karet yang luas milik PT Lestari Asri Jaya (LAJ), anak usaha PT Royal Lestari Utama (RLU), yang memasok karet untuk Michelin.

Pada saat yang sama, Kompas.com menemukan, di sekitarnya ada hutan yang dihancurkan. Ada habitat gajah Sumatera (Elephas maximus sumatrensis) dikapling-kapling dengan pagar listrik.

Oleh karena pagar setrum itu diaktifkan dari senja hingga fajar, setiap malam gajah-gajah merana tersengat listrik. Orang-orang dengan meriam juga mengusir gajah dari habitatnya.

Baca juga: Hilang Dua Hari, Nelayan Ditemukan Tewas di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

PT RLU berdiri atas inisiatif join ventura antara Michelin Group dengan Barito Pasific. Dengan modal patungan tersebut, mereka mengklaim terdepan dalam mengembangkan karet alam berkelanjutan. Michelin akhirnya mengakusisi RLU sebagai pemegang saham tunggal pada Juli 2022.

Pada tahun 2018, Michelin dan PT Royal Lestari Utama (RLU) menerima obligasi keberlanjutan korporasi pertama di Asia, yakni sebesar 95 juta USD dari Tropical Landscapes Finance Facility (TLFF).

Dengan dana itu, mereka mengembangkan wildlife conservation area (WCA) seluas 9.700 hektare, untuk melindungi gajah Sumatera.

Michelin Group menggelontorkan dana sebesar 5 juta euro kepada LAJ, untuk membuat kawasan ini layak huni bagi gajah.

Masalahnya, sebagian besar kawasan WCA kemudian dirambah lalu ditanami sawit dan karet. Tersisa hutan sedikit dan semak belukar. Konflik gajah-manusia hanya menunggu waktu.

Belum setahun, gajah betina ditemukan terbaring kaku tak jauh dari pondok milik perambah di kawasan WCA. Bagian dinding pondok jebol, miring, dan nyaris ambruk. Tanaman sekitar pondok rusak. Dekat gajah betina yang mati terdapat botol racun rumput.

Kematian gajah baru ditemukan oleh tim mitigasi konflik gajah Frankfurt Zoological Society (FSZ) lima hari kemudian, Rabu siang (8/5/2019). Kondisinya sudah membusuk dan mengeluarkan aroma menyengat.

Di sekeliling pondok itu, berserakan pula kotoran gajah di antara tanaman jagung dan cabai yang ditanami perambah.

Tim juga mendapati sisa cairan racun rumput dengan wadahnya yang terserak dekat tanaman. Dokter hewan telah melakukan nekropsi. Penyebab kematian gajah karena minum cairan racun rumput.

Kawanan gajah sedang berada dalam kawasan hutan di lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Kabupaten Tebo, JambiDok Buku Alber Tetanus Kawanan gajah sedang berada dalam kawasan hutan di lanskap Taman Nasional Bukit Tigapuluh, Kabupaten Tebo, Jambi

Ketika Kompas.com menyusuri kembali lokasi kematian gajah pada 9 Desember 2023 lalu di Desa Semambu, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi kondisinya dekat dengan kebun karet yang terpasang pagar listrik. Kuburannya bahkan dalam kebun karet milik Ferdiansyah.

“Kuburannya di sini. Di kebun saya. Tapi matinya itu di sebelah pagar listrik sana. Itu yang semak belukar. Setelah gajah mati, mereka tetap mau tanam sawit, tapi karena habis dimakan gajah, gak jadi,” kata lelaki berusia 25 tahun yang tinggal di area WCA.

Ia mengatakan kebun karetnya sedang diganti tanaman sawit. Atas alasan itu, Ferdiansyah memasang pagar listrik ketika musim gajah datang.

Setrum pagar listrik berasal dari tenaga surya. Untuk saat ini arusnya dimatikan, karena sudah dua bulan gajah tidak masuk.

Pagar listrik

Kawasan konservasi (WCA) milik PT LAJ dipasangi pagar listrik sehingga ruang jelajah gajah menjadi sempit, Desa Pemayungan, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, JambiSuwandi/KOMPAS.com Kawasan konservasi (WCA) milik PT LAJ dipasangi pagar listrik sehingga ruang jelajah gajah menjadi sempit, Desa Pemayungan, Kecamatan Sumay, Kabupaten Tebo, Jambi

“Arus aki dari tenaga surya. Kalau kena itu tidak lengket tapi mental. Kita takut juga kena manusia. Kena hukum. Kalau siang dimatikan, malam baru dihidupkan,” kata Ferdiansyah.

Selama tiga tahun tinggal di area ini, pihak LAJ tidak pernah menjelaskan jika kebunnya termasuk WCA. Dia sudah hampir tiga tahun memasang pagar listrik sampai ke tepi jalan koridor, tetapi hanya sekali diberi teguran oleh perusahaan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Regional
Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat 'Jaga Anak Ini dengan Baik'

Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat "Jaga Anak Ini dengan Baik"

Regional
Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Regional
Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Regional
Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Regional
Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Regional
Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Regional
352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com