SEMARANG, KOMPAS.com - Bagi warga pecinan Semarang, Jawa Tengah (Jateng), pasti sudah tak asing dengan tradisi Tuk Panjang atau tradisi makan bersama yang biasanya dilaksanakan menjelang Imlek.
Tuk Panjang merupakan gambaran toleransi warga Tionghoa di pecinan Semarang. Pasalnya, tradisi tersebut tak hanya diikuti oleh warga Tionghoa saja, tapi juga warga non-Tionghoa.
Dalam acara tersebut, berbagai hidangan disuguhkan. Salah satunya, kue keranjang kukus santan yang melambangkan harapan tutur kata yang baik.
Baca juga: Dipercaya Bawa Keberuntungan, Ikan Dingkis Tembus Rp 500.000 Per Kg Jelang Imlek di Batam
Ada pula nasi hainan, tujuh macam sayur hijau yang masing-masing punya lambang dan harapan baik, serta berbagai menu lain, seperti lumpia dan aneka makanan sebagai wujud akulturasi budaya.
Ketua Komunitas Pecinan Semarang Untuk Pariwisata (Kopi Semawis) Haryanto Halim menjelaskan, tradisi Tok Panjang merupakan bentuk keharmonisan dan kerukunan antarumat beragama di pecinan.
"Ini coba diangkat ke jalan sebagai wujudkan keharmonisan dan kerukunan," saat dikonfirmasi, Jumat (9/2/2024).
Tradisi Tok Panjang biasanya dilakukan di rumah orang paling tua. Namun, di pecinan Semarang berbeda karena tak hanya orang Tionghoa yang merayakannya.
"Karena keluarga yang datang banyak, akhirnya banyak meja yang disusun memanjang," kata dia.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Semarang R Wing Wiyarso menambahkan, prosesi Tuk Panjang ini rutin dilakukan di kawasan pecinan untuk menyambut tahun baru Imlek.
Menurut dia, tradisi tersebut selalu ditunggu-tunggu oleh masyarakat karena penyelenggaraannya selalu meriah, dengan dihadiri banyak perwakilan masyarakat.
"Ini ada filosofinya, makan bersama yang mewujudkan kerukunan umat beragama karena ada berbagai macam etnis yang ikut memeriahkan," jelasnya.
Dia menilai akulturasi budaya ini sebenarnya melekat di Kota Semarang dan sebagai kekuatan ibu kota Jateng dari segi pariwisata ataupun yang lainnya.
"Akulturasi budaya, harapannya menjadi semangat menjaga toleransi di kota ini," bebernya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.