DEMAK, KOMPAS.com - Bangunan sederhana dengan dinding papan kayu di tengah pemakaman umum Desa Pidodo, Kecamatan Karangtengah, Kabupaten Demak, menyimpan kisah tersendiri di awal pembangunannya.
Terletak di bawah pohon asam jawa, bangunan bercat putih ukuran 3x2 meter itu nyaris menyerupai cungkup makam seperti bangunan-bangunan lain yang ada di sekitar.
Di dalamnya terdapat arca Dewi Durga berdiri di atas lembu, batu menyerupai yoni, dan serpihan diduga kemuncak candi peninggalan abad ke 5-8 M.
Baca juga: Nasib Arca Dewi Durga Mbah Kopek di Demak, Tanpa Pengakuan di Tengah Pemakaman
Oleh masyarakat setempat dikenal dengan patung atau situs Mbah Kopek.
Konon rencana awal pembangunan situs Mbah Kopek di pemakaman Desa Pidodo tidak sekecil seperti yang dilihat seperti saat ini.
Kaur Perencanaan Desa Pidodo, Sanuar mengatakan, sekitar 10 tahun lalu ada warga setempat yang bekerja di Jakarta menyediakan donatur untuk pembangunan situs Mbah Kopek.
Namun, wacana pembangunan tersebut terhambat lantaran beberapa tokoh masyarakat ada yang tidak berkenan.
"Ada rumah (situs Mbah Kopek) itu dibangun kurang lebih 10 tahun, sempat ada tarik ulur yang membangun rumah itu karena dia donatur dari Jakarta," ujar Sanuar ditemui di Desa Pidodo, Sabtu (13/1/2024).
Kata dia, polemik antara kedua belah pihak itu akhirnya didamaikan di Balai Desa Pidodo. Hasil dari audiensi boleh membangun rumah Mbah Kopek dengan sederhana dengan ukuran 2 x 3 meter.
"Pro dan kontra antara mereka maka didamaikan di balai desa. Akhirnya clear, boleh bangun rumah yang penting cukup. Tidak usah dibesarkan, tidak usah mewah-mewah. Kurang lebih ukuran 2 x 3 meter," ungkapnya.
Orang yang juga mengaku penjaga situs Mbah Kopek, Sanuar menyebut, arca Dewi Durga pertama kali ditemukan oleh pendahulu Desa Pidodo dalam kondisi tidak utuh.
"Sudah seperti itu, kepala kepotong, mungkin banyak lumpur-lumpur, nyuwun sewu banyak kotoran-kotoran dan sebagainya, dulu kan di sini banyak yang punya kerbau untuk membajak sawah akhirnya seperti itu lah," papar dia.
Meski hanya dianggap batu biasa, namun masyarakat dan pemerintah desa berkomitmen untuk tetap menjaga situs Mbah Kopek.
"Arca itu adalah batu biasa. Iya tetap kita uri-uri kita pelihara, kita melindungi untuk penemuan dari para leluhur-leluhur kita. Para nenek moyang kami," terangnya.
Sanuar menambahkan, situs Mbah Kopek tidak diperbolehkan untuk dibawa keluar dari Desa Pidodo.
Baca juga: Fragmen Arca Durga Ditemukan di Kompleks Pemakaman Klaten, Kondisinya Memprihatinkan
Menurutnya, terdapat mitos yang beredar di masyarakat, bahwa sebelumnya terdapat orang yang coba mengambil patung tersebut.
Namun, arca Dewi Durga kembali ke tempat semula. Sementara orang tersebut terkena nasib sial.
"Alhamdulillah arcanya bisa kembali lagi ke situ. Kita tidak tahu secara mistis. Bahkan maaf nyuwun sewu yang mindah-mindah itu punya nasib dan sebagainya seperti itu," tukasnya.
Sebagai informasi, Kompas.com bertemu dengan dengan beberapa warga yang kebetulan berada tidak jauh dari lokasi situs Mbah Kopek. Namun mereka enggan dimintai keterangan dan menyarankan ke perangkat Desa Pidodo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.