BANYUMAS, KOMPAS.com - Tingginya harga cabai di pasaran tak dinikmati petani di Desa Karangsalam, Kecamatan Baturraden, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Pasalnya, banyak tanaman cabai yang terkena penyakit busuk buah sehingga hasil panen menurun drastis.
"Walaupun untung, untung sedikit. Enggak ngaruh (dengan kenaikan harga cabai di pasaran)," kata salah satu petani cabai, Kartam kepada wartawan, Kamis (2/10/2023).
Baca juga: Hargai Cabai Tembus Rp 80.000 Per Kilogram, Pemkot Semarang Minta Warga Tak Panic Buying
Kartam mengatakan, meski harga cabai melonjak dua kali lipat, namun hasil panen saat ini menurun hingga 50 persen.
"Tadinya satu pohon rata-rata bisa menghasilkan 1 kilogram cabai. Kalau sekarang paling hanya 0,5 kilogram. Bahkan, ada yang akhirnya enggak buah, karena rontok semua," ungkap Kartam.
Menurut Kartam, fenomena semacam ini sudah biasa dirasakan para petani cabai di desanya yang berada di kaki Gunung Slamet ini.
"Gampangnya, kalau tanamnya susah, harganya mahal. Tapi kalau tanamnya gampang cabai melimpah sehingga harganya murah," ujar Kartam.
Kartam saat ini menjual cabai rawit merah dengan harga Rp 57.000 per kilogram. Sementara cabai keriting merah Rp 37.000 per kilogram.
Adapun untuk biaya operasional dari tanam hingga panen rata-rata menghabiskan Rp 5.000 per pohon.
Diberitakan sebelumnya, harga cabai di Pasar Wage Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, melonjak dua kali lipat.
Pada pekan lalu, harga cabai rawit merah mencapai Rp 65.000 per kilogram dari sebelumnya antara Rp 30.000-40.000 per kilogram. Sedangkan untuk harga cabai merah keriting Rp 40.000 per kilogram.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.