BENGKULU, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 10.45 WIB. Nopian (40) duduk di belakang kemudi mobil boks mengangkut es krim sambil menikmati nasi yang baru saja diantar istrinya. Sedari pagi perut Nopian belum terisi makanan hanya air putih dan kopi.
Antrean kendaraan berupa truk, fuso, bus, dan mobil bermesin diesel tampak memanjang satu kilometer di SPBU Kilometer 8, Kota Bengkulu, Jumat (20/10/2023).
Di mobil lainnya, rambut Taufik, pengemudi lainnya terlihat kusut acak-acakan dengan mata kurang tidur. Taufik merupakan sopir truk angkutan sembako lintas Sumatera.
Baca juga: Bengkulu Kekurangan Solar, Antrean Panjang Terjadi di SPBU Selama 3 Bulan Terakhir
Selain Nopian dan Taufik terdapat ratusan pengemudi lainnya bernasib serupa rela antre berhari-hari untuk mendapatkan solar bersubsidi.
"Saya sudah dua hari antre solar bersubsidi belum juga dapat. Untung saya tinggal di Kota Bengkulu sehingga makan diantar istri sambil tunggu minyak di SPBU," ujar Nopian saat ditemui kompas.com, Jumat (20/10/2023).
Baca juga: Sembunyi di Sumbar, Buron Kasus Korupsi Jembatan Gantung Muara Bengkulu Ditangkap
Istri Nopian dengan setia mengantarkan nasi selama suaminya mengantre solar. Sebab bila mengandalkan uang operasional dari perusahaan es krim tempat Nopian bekerja, uangnya tak cukup.
"Uang operasional tak cukup kalau makan harus beli selama mengantre berhari-hari maka istri yang antar nasi," tambah Nopian.
Taufik menceritakan, ia merupakan sopir lintassumatera namun hanya di Bengkulu dirinya mengalami kemalangan harus antre berhari-hari untuk mendapatkan 50 liter solar.
"Saya bawa truk di banyak provinsi, Sumsel, Sumbar, juga Pulau Jawa namun hanya di Bengkulu untuk dapat solar antre berhari-hari," keluhnya.
Kondisi ini mengakibatkan kerugian bagi sopir dan keluarganya termasuk perusahaan. Hingga saat ini Taufik dan Nopian tidak mengetahui apakah bisa mendapatkan solar.
Menurut Nopian, antrean kendaraan untuk mendapatkan solar di Bengkulu berlangsung tiga bulan terakhir.
"Sudah tiga bulan ini terjadi, kami tak bisa apa-apa lagi. Ujung-ujungnya kami dimarahi oleh bos," ungkapnya.
Gonjang-ganjing sulitnya mendapat solar bersubsidi ini terus berlanjut membuat ekonomi Bengkulu melamban.
Menanggapi hal ini, Kadis Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Provinsi Bengkulu, Donni Swabuana saat dikonfirmasi menjelaskan, terdapat kekurangan suplai kebutuhan solar bersubsidi untuk Provinsi Bengkulu dari Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas).
Doni menyebutkan, BPH Migas yang berhak memberikan jatah BBM ke seluruh daerah dengan Pertamina sebagai distributor.