KOMPAS.com - Pemerintah Pusat telah menetapkan Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, sebagai salah satu daerah pariwisata super prioritas (DPSP).
Begitu gencarnya pembangunan infrastruktur mendukung destinasi wisata Labuan Bajo dan sekitarnya itu. Kini Labuan Bajo tampak maju seperti kota-kota lainnya di Indonesia.
Namun, megahnya kota Labuan Bajo tidak sebanding dengan pembangunan sumber daya manusianya.
Buktinya, masih ada ribuan anak di kabupaten tersebut mengalami stunting atau tengkes.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, Paulus Mami, menjelaskan, berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat, ada 1.901 anak di wilayah itu mengalami stunting.
Baca juga: Menkes Targetkan Jumlah Anak Stunting Turun 4 Persen pada Tahun Ini
"Angka ini diketahui berdasarkan hasil operasi timbang yang dilakukan pada Agustus 2023," ujar Paulus saat ditemui di Labuan Bajo, Kamis (19/10/2023).
Ia melanjutkan, angka stunting di Manggarai Barat dalam tiga tahun terakhir naik turun.
Pada Agustus 2021, sebanyak 3.498 anak mengalami stunting atau 15,1 persen. Kemudian 2022 naik menjadi 3.711 anak stunting atau 15,9 persen.
Lalu pada pemeriksaan Agustus 2023, angkanya turun menjadi 1.901 balita atau 8,2 persen.
"Tahun ini angkanya menurun. Penurunan jumlah anak stunting ini berkat kerja keras semua pihak," katanya.
Ia menerangkan, salah satu penyebab anak-anak stunting antara lain, kebiasaan orang tua merokok di dalam rumah, atau merokok dekat ibu hamil. Sebab, orang pasif lebih berbahaya.
"Ini memang hal kecil, tetapi bisa berdampak sangat besar kalau dilakukan secara masif," ujar dia.
Baca juga: Setengah Juta Keluarga di Banten Berisiko Stunting
Kemudian, lanjut dia, faktor lain penyebab stunting atau tengkes di Manggarai Barat yaitu air bersih, penyakit cacing, jamban dan penyakit penyerta.
Pemerintah Kabupaten Manggarai Barat akan menjalankan program Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) untuk menekan angka stunting di wilayah itu. Program itu tertuang dalam SK Bupati Manggarai Barat.
"Program ini sedang dalam tahap sosialisasi, hasil dari sosialisasi kami laporan ke bupati tanda tangan dan mulai," ungkap Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan KB (P2KB) Manggarai Barat, Rafael Guntur.
Dia menjelaskan, pelaksanaan program ini akan melibatkan berbagai pihak mulai dari BUMN, hotel, BUMD, perbankan, TNI-Polri, pelaku pariwisata, tokoh agama dan tokoh masyarakat sebagai bapak atau bunda asuh bagi anak stunting usia 6 sampai 23 bulan.
"Secara teknis nantinya mereka akan memberikan bantuan dana dan diberikan kepada TPK desa untuk mengatur dan mengolah pangan lokal di desa untuk diberikan kepada anak-anak stunting, karena kalau langsung ke keluarga bisa saja disalahgunakan," ungkapnya.
Baca juga: Komitmen Zero Stunting, Pj Gubernur Sulsel Dikukuhkan sebagai BAAS
Ia mengatakan, pemberian bantuan BAAS ini sejalan dengan arahan Presiden RI untuk mengurangi permasalahan stunting di Indonesia, yang tertuang dalam Perpres nomor 72 tahun 2021.
"Program ini sebagai sebuah gerakan gotong royong oleh seluruh elemen bangsa dalam percepatan penurunan stunting dengan menyasar langsung keluarga-keluarga yang berisiko," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.