BOYOLALI, KOMPAS.com - Sejak Juli 2023, sebagian petani di Desa Troboso, Kecamatan Sambi, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, tidak bisa menanam padi karena sawahnya kering akibat kemarau panjang.
"Bulan tujuh (Juli) itu proses pertanian di sini sudah tidak bisa apa-apa. Tanaman-tanaman sudah tidak bisa hidup. Jadi sudah tidak bisa menghasilkan karena kekurangan air," kata Mulyono (73) kepada Kompas.com di Boyolali, Jawa Tengah, Jumat (6/10/2023).
Baca juga: Embung Sebligo Kering Kerontang, Petani Durian Kesulitan Air
Biasanya warga memanfaatkan air dari Embung Troboso sebagai irigasi lahan pertanian.
Tetapi, sejak kemarau embung tadah hujan yang dibangun oleh Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo airnya menyusut.
Bahkan, sisa air embung tersebut sudah tidak bisa lagi dialirkan ke lahan pertanian. Kecuali dipompa dengan menggunakan mesin diesel.
Karena harus mengeluarkan biaya tambahan untuk membeli bahan bakar minyak, mereka memilih membuat sumur dalam sebagai sumber pengairan lahan pertanian.
"Sekarang ada sumur dalam. Jadi untuk (lahan pertanian) sekitar sini pada tanam padi yang kedua masih bisa panen. Tapi lainnya sudah tidak bisa (ditanami padi)," terang dia.
Pola tanam yang dilakukan petani Desa Trosobo hanya tiga kali tanam selama setahun, yaitu padi-padi-jagung atau jagung-padi-padi. Hal ini disesuaikan dengan kondisi tanah.
"Jadi melihat lokasinya. Kalau lahannya (dataran tinggi) jagung-padi. Tapi kalau lahannya (datar) padi-padi," ungkap Mulyono.
Baca juga: Kemarau Panjang, Pemkab Banyuwangi Minta Petani Hemat Air dan Lapor jika Kekurangan
Petani lainnya, Darso (69) mengatakan, tidak bisa tanam padi karena kekurangan air. Sehingga lahan pertanian miliknya dibiarkan bero.
"Tidak bisa tanam (padi). Dua kali saya tanami yang sekali tidak bisa panen," kata dia.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) Kabupaten Boyolali, Ahmad Gojali mengatakan, berdasarkan data embung yang telah dibangun di Boyolali ada 116 tempat.
Adapun rinciannya embung DPUPR ada 36, embung pertanian ada 67, embung pusat/BBWS ada 10, embung provinsi ada 1 dan CSR ada dua.
Sebagian besar embung yang dibangun tersebut difungsikan sebagai sumber irigasi lahan pertanian.
"Untuk musim kemarau memang berdampak yaitu adanya penyusutan (faktor penguapan air) khususnya embung yang sumber airnya dari tadah hujan," katanya.
Adapun embung tadah hujan tersebar di beberapa kecamatan di Boyolali.
"Untuk tadah hujan sebaran kecamatannya Musuk, Tamansari, Cepogo, Andong, Klego, Wonosamudro, Juwangi," terang Gojali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.