PURWOKERTO, KOMPAS.com - Namanya Hardianti Triana. Ia merupakan driver perempuan pertama Bus Trans Banyumas.
Perempuan yang akrab disapa Anna ini baru menjadi driver Bus Trans Banyumas selama empat bulan.
Meski masih tergolong baru, rupanya Anna telah memiliki pengalaman cukup panjang dalam bidang transportasi.
"Sebelumnya jadi sopir travel," kata Anna di sela peresmian halte Bus Trans Banyumas di kampus Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP), Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (24/8/2023) sore.
Baca juga: Cara Daftar Tarif Khusus Trans Banyumas yang Berlaku Per 1 Juli 2023
Sejak 2020 Anna menjadi driver travel jurusan Cilacap-Jakarta. Selain itu, ia juga menjadi sopir bus pariwisata.
"Sempat jadi sopir lintas sampai Sumatera juga. Jadi travel jalan, wisata juga jalan, karena saya freelance, tidak terikat dengan kantor, tergantung orderan," ucap pemilik akun Tiktok @drivermanisee dan Instagram @hardiantria_ ini.
Lantas bagaimana awal mula lajang kelahiran 2000 ini terjun menjadi sopir?
Anak ketiga dari tiga bersaudara ini menceritakan, sejak SMK sudah terbiasa narik angkot milik orangtuanya.
"Kebetulan bapak punya angkot, kalau pulang sekolah narik angkot. Terus setelah lulus sempat kerja di pabrik selama tiga tahun," tutur Anna.
Baca juga: Bus Trans Banyumas Berbayar Mulai Hari Ini, Pelajar, Lansia, dan Disabilitas Tetap Gratis
Namun gadis asal Cilacap ini akhirnya memutuskan keluar dari pabrik dan fokus menjadi driver hingga akhirnya mendaftar di Bus Trans Banyumas.
Anna mengatakan, banyak suka duka selama menjadi driver.
"Sukanya banyak dikenal orang karena sopir perempuan kan sedikit. Banyak teman, ke mana-mana ada yang kenal," ujar Anna.
Sedangkan dukanya, kadang kendaraan mengalami masalah mesin di jalan. Kalau sudah seperti ini, mau tidak mau ia harus meminta pertolongan.
"Kalau mengalami trouble yang berat, sebagai perempuan enggak kuat jadi minta distoring. Namanya di jalan, kadang ketabrak juga pernah," kata Anna.
Di tengah kesibukannya menjadi driver Trans Banyumas koridor III ini, Anna, kini juga terus mengejar cita-citanya menjadi seorang guru.