Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bima Siaga Kekeringan, BPBD Mulai Distribusi Air Bersih

Kompas.com - 10/08/2023, 10:51 WIB
Junaidin,
Andi Hartik

Tim Redaksi

BIMA, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), telah menetapkan status siaga darurat bencana alam kekeringan.

Penetapan itu mengikuti Surat Keputusan (SK) Gubernur NTB dengan Nomor 360-404 Tahun 2023 tentang Siaga Darurat Kekeringan dan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).

"Saat ini kita masih pada level siaga belum tanggap darurat," kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bima, Isyrah saat dikonfirmasi, Kamis (10/8/2023).

Baca juga: Warga Terdampak Bencana Kekeringan di Papua Tengah Dukung Pembangunan Gudang Logistik

Isyrah mengungkapkan, meski baru pada level siaga, namun upaya pendistribusian air bersih untuk warga terdampak mulai dilakukan.

Dari 39 desa berisiko krisis air yang sudah terdata, 14 desa di antaranya mengajukan permohonan air dan telah dilayani menggunakan mobil tangki BPBD.

Baca juga: 28.000 Warga Gunungkidul Berpotensi Terdampak Kekeringan

Sebanyak 14 desa itu tersebar di Kecamatan Palibelo, Langgudu, Sape, Bolo dan Donggo.

"Droping air tetap berdasarkan laporan dan permintaan, seperti kemarin kita lakukan di Desa Mpili, Kecamatan Donggo," ujarnya.

Menurut dia, permohonan distribusi air bersih masih ada peluang terus bertambah, sebab puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada Agustus 2023.

BPBD mengklaim, ketersediaan armada dan anggaran masih cukup memadai untuk menangani persoalan kekeringan yang baru pada level siaga saat ini.

"Kalau masih level siaga masih bisa kita tangani secara koordinatif," kata Isyrah.

Sebelumnya, Isyrah menyampaikan, sejumlah wilayah di Kabupaten Bima mulai dilanda kekeringan.

Akibatnya, 23.098 jiwa di 39 desa berisiko mengalami krisis air bersih.

"39 desa ini tersebar di 11 kecamatan," kata Isyrah, Rabu (7/6/2023).

Isyrah mengungkapkan, bencana alam kekeringan sudah menjadi persoalan tahunan di wilayah ini.

Menurut dia, salah satu faktor pemicunya adalah aktivitas perambahan kawasan hutan yang tidak terkontrol. Masyarakat masih sangat leluasa memanfaatkan kawasan hutan untuk menanam komoditi pertanian seperti jagung.

Kondisi ini disebut membuat serapan air berkurang, sehingga berisiko terjadi krisis air bersih saat musim kemarau.

"Salah satu pemicunya hutan kita sudah banyak yang gundul karena terus dirambah oleh masyarakat," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Sopir Bus Kecelakaan Maut di Subang Belum Diinterogasi, Polisi: Masih Sakit

Regional
Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat 'Jaga Anak Ini dengan Baik'

Warga Blora Temukan Bayi di Luar Rumah dengan Surat "Jaga Anak Ini dengan Baik"

Regional
Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Belasan Rumah Warga di Bangka Belitung Jebol Diterjang Puting Beliung

Regional
Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Longsor di Sitinjau Lauik, Gubernur Sumbar Nyaris Jadi Korban

Regional
Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Kambing yang Dicuri Pemberian Dedi Mulyadi, Muhyani: Saya Minta Maaf

Regional
Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Mensos Risma Robohkan Rumah yang Dihuni Bocah yang Lumpuh

Regional
Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Gunung Ile Lewotolok NTT Alami 120 Kali Gempa Embusan dalam 6 Jam

Regional
Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Hanya Berselang 2 Jam, Sungai Bogowonto Kembali Makan Korban Jiwa

Regional
352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

352 Jemaah Haji Kloter Pertama di Jateng Berangkat dengan Fasilitas “Fast Track”, Apa Itu?

Regional
360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

360 Calon Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Solo Diterbangkan ke Tanah Suci

Regional
Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Update Banjir di Tanah Datar Sumbar, 11 Orang Meninggal, 5 Kecamatan Terendam

Regional
Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Nyetir Sambil Pangku Anak, Isuzu Traga Tabrak Hillux di Wonogiri, 2 Orang Tewas

Regional
Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Gibran Kunker ke UEA dan Qatar, Teguh Prakosa Jadi Plh Wali Kota Solo

Regional
Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Istri Hamil, Pria di Banyumas Malah Setubuhi Anak Tiri Berulang Kali

Regional
Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Bocah 10 Tahun di Wonosobo Tewas Terseret Arus Bogowonto Usai Bermain Futsal

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com